"Besok saya tidak mau tahu gimana caranya,  saya mau KRITIk  !", pungkasnya penuh wibawa.
Seantero kampung heboh, Â mana ada yang berani. Ngomong terang terangan mengritik jawara nomer satu yang sakti mandraguna. Â Salah ngomong pasti celaka. Semua bingung mesti mengkritik apa. Tak ada yang hisa tidur, Â malam itu.
Alhirnya, Â mereka diam diam mengintip perilaku Abu Awas, Â tokoh desa yang dianggap paling jenius juga bijak. Ternyata membawa seplastik besar keripik pisang dan ditaruh di depan pintu rumah megah sang tokoh yang tertutup. Â Di plastki itu ia tulis, Â dari "Abu Awas yang setia".
Lalu dini hari iti, Â dapur semua warga, terjadikehebohan, semua menggoreng keripik pisang. Lalu membungkusnya dalam plastik dan diberi nama mereka masing dengan tambahan : Alim yang memuja, Â keluarga Budi yang terpukau, keluarga Soleha yang termehek mehek, Â keluarga Juned yang terkagum kagum dan seterusnya.Â