25 November 2021 02:18Diperbarui: 25 November 2021 07:5567341
Berpuluh tahun, rindumu kau paku di ujung azan Subuh Di dada, iman telah melesap, detak jam tak lagi kau kenal Cukuplah azan, awal penanda kembali dimulainya perjuangan
Ketika dingin masih betah bersarang di tulang sumsum Dan kelopak mata masih enggan memandu terang Kau gesit berselempang tujuan, mengukir masa depan
Di antara lampu-lampu yang telah terkantuk-kantuk Kau tembus aroma sisa derasnya hujan semalam Dan tanah, begitu kental memantulkan uap kehidupan
Di ujung aspal, dengus napasmu mulai mengeja arti pengorbanan Sebab di depan, masih terbentang jauh kerikil dan bebatuan Melukis tanjakan dan turunan yang masih congkak menganga Â
Engkau menggerung, memecah sepinya alam pedesaan Menyapa burung-burung yang masih betah berkicau di sarang Belum berpencar mematuk-matuk sisa biji-bijian
Sesampai di depan gerbang sekolah, senyummu mengembang Sebab apa? Anak-anak bersahaja berhamburan dan berlarian Menciumi telapak tanganmu, yang masih beraroma kasih sayang
Dan mereka berucap,"Selamat Hari Guru." Hari ini dan di detik ini, netramu kembali berkaca-kaca
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.