bahwa hari ini aku memang ingin narsis
kemarinpun sudah kucoba untuk narsis
namun narsisku kali ini berbeda: tentang sajak
narsis?
berbeda?
oh, apakah aku sedang berkatarsis?
bisa jadi, kerana emosi jiwaku saat ini sedang berada pada titik itu
titik yang mungkin rawan
: titik narsis
rawan?
maaf, ini bukan tentang kerawanan batin
bukan pula sedang menawarkan rasa
untuk mendapatkan empati, simpati
dengan memainkan emosi sesaat: bawah sadar?
apakah aku sedang memainkan sebuah peran?
peran metafora misalnya: oh, tidak!
perihal ini, aku tidak sedang berada dalam wilayah itu
: aku bukan ahlinya, maaf
lalu?
ah, jangan-jangan aku dan sajakku sedang bermetamorfosis
nah, istilah apalagi itu? ini kan cuma perihal keinginanku untuk narsis
bukan mau mengajak bermain-main di wilayah yang tak aman
wilayah yang bisa saja menyesatkan alam pikir siapa saja
duh, apa-apan ini?
mengikut-ikutkan katarsis, metafora, metamorfosis
seakan-akan itu telah jadi santapan siangku hari ini
padahal ini cuma soal yang sangat sederhana: menarsiskan sajakku
walah!
malah jadi melebar kemana-mana;
tak eloklah membiarkan sajak narsisku ini berlarut-larut, terjerat
bahkan dipaksakan agar narsisnya benar-benar keterlaluan pula: over dosis?
: mohon dimaafkan jika memang ada yang menganggap sajak ini melampaui batas
sekali lagi maaf, ini cuma tentang sajakku dan narsisku
sajak yang melandaikan ambiguitas kenarsisanku di hari kesebelas bulan oktober
hari yang kuanggap paling nyaman untuk melakukan apa saja
termasuk mentrasformasikan sajak narsis ini di titik nol
sumurserambisentul, 11 oktober 2020
arrie boediman la ede