Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Pentingnya Tes Psikologi Anak

4 September 2020   06:53 Diperbarui: 4 September 2020   07:13 483 9
Berawal dari informasi yang aku peroleh dari sebuah pesan WhatsApp, aku membawa ketiga anakku mengikuti test psikologi gratis yang diadakan sebuah rumah sakit swasta dekat rumah. Programnya diberi nama Fun Doodle, tujuannya untuk mengetahui tingkat emosi anak.

Pada saat pelaksanaan tes, anak-anak masuk ruangan secara bergiliran.

- Pertama : si Bungsu, perempuan, usia 4 tahun. Menghabiskan waktu di ruangan test sekitar 1 jam. Menggambar tentang keluarganya yang terdiri dari ayah,ibu, kedua kakak laki-lakinya beserta dirinya sendiri.

- Kedua : si Sulung, laki-laki, usia 10 tahun. Menghabiskan waktu di ruangan test sekitar 40 menit. Menggambar rumah, pohon, awan dan jalanan serta mewarnainya dengan penuh.

- Ketiga : si Anak Tengah, laki-laki, usia 8 tahun. Menghabiskan waktu di ruangan test tidak lebih dari 30 menit. Menggambar sebuah matahari. Dia butuh lebih dari 10 lembar kertas sampai akhirnya memutuskan menggambar matahari. Katanya dia ingin menggambar rumah tapi tidak bisa, mencoba menggambar orang namun tidak bisa juga, menggambar pemandangan namun lagi-lagi gagal.

Selesai ketiganya menggambar, saatnya orangtua dipanggil untuk diberi penjelasan oleh psikolog.

"Wah, Ibu punya 3 anak dengan 3 karakter yang sangat berbeda", kata Psikolog membuka pembicaraan.

Setelah aku bercerita tentang keseharian si anak, psikolognya menjelaskan arti gambar dari masing-masing anak. Secara keseluruhan tingkat emosi ketiga anak ini masih sesuai usia mereka. Hanya saja ada beberapa poin yang harus diperhatikan, yang menjadi PR buat orangtua mereka.

- Pertama (Si Bungsu) : terbuka, suka berteman, nyaman dengan keluarganya bersama ayah ibu dan kedua kakaknya, menempatkan dirinya sebagai anak yang paling kecil yang sepenuhnya masih bergantung pada keluarganya.

Oiya, Si Bungsu punya sedikit keterlambatan dalam berbicara. Di usianya yang sudah 4,5 tahun pengucapan kata-katanya belum jelas. Yang ditakutkan adalah munculnya perasaan minder karena ngomongnya belum jelas atau mungkin saja dia jadi bahan bullyan. Minder akan menutup potensi yang ada di dirinya.

Oleh karena itu Psikolog menyarankan kepada orangtua untuk fokus mengajari si bungsu pengucapan kata-kata yang benar. Mungkin bisa dibantu dengan mengikutkan anak di terapi tumbuh kembang.

- Kedua (Si Sulung) : terlalu berhati-hati dan cari aman, memandang lingkungannya positif, peduli pada orang disekitarnya, bahkan dia sudah tahu bila orangtuanya sedang ada masalah hanya saya dia tidak berani bertanya karena sifatnya yang terlalu berhati-hati tadi, punya keinginan yang besar untuk mengeksplor sesuatu  tetapi karena takut salah jadinya urung mencoba. Sebenarnya dia bisa "lebih" dari yang sekarang. Yang ditakutnya jika dibiarkan seperti ini lama kelamaan dia menjadi orang yang negative thinking dan pengecut.

Oleh karena itu Psikolog menyarankan kepada orangtua agar orangtua membuat aturan yang konsisten dan tidak berubah-ubah,  memberi dia ruang untuk bereksplorasi dan mulai mengajarkan tentang tanggungjawab.

- Ketiga (Si Anak Tengah) : seolah berbanding terbalik dengan si Sulung yang peduli dengan orang sekitarnya maka si Anak Tengah justru cuek, Si Anak Tengah hanya peduli dengan dirinya. Sifat keakuannya sangat besar, egosentris, semua berpusat pada dirinya. Anak Tengah juga sulit fokus pada satu hal, selalu ingin cepat selesai sehingga hasilnya tidak maksimal.

Saran Psikolog buat orangtua adalah mengajari anak berbagi, dimulai dari lingkungan keluarga. Mulai diajari bersimpati kepada orang, tidak fokus pada dirinya saja. Si anak juga harus dibiasakan melakukan satu tugas sampai selesai, baru kemudian berikan tugas baru. Metode reward dan punishment bisa diberikan pada si Anak Tengah.

Mengetahui hasil tes psikologi seperti itu tentunya sangat membantu orangtua untuk mendidik anak. Dengan mengenal emosi anak maka orangtua bisa bersikap lebih bijak dalam menghadapi anak-anaknya, mengarahkannya serta membuat batasan-batasannya.

Mari para orangtua, tetap semangat dalam mendidik anak-anak kita hingga suatu saat kita bisa meneteskan air mata bahagia melihat kesuksesan mereka.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun