Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Malam, Cerita Pilu

9 September 2022   10:02 Diperbarui: 9 September 2022   10:06 131 6

Malam mulai berlalu dengan cerita pilu;
Dalam kamar yang terkunci rapat
Gemericik air terjun pada waktunya seharus tumpah
Dua anak manusia penghuninya
Mereka tidak sedang mabuk asmara
Tidak juga melepas rindu membiru
Hanya ada hak dan kewajiban

Sudah selayaknya terjun bebas jadi pilihan
Terjatuh di semak, ia akan selamat
Nyangsang di atas dahan, ia masih bisa bergelantungan
Lalu minta pertolongan

Kawanan nyamuk menyisi, malu
Kecoa, lipan, cecak, tentu saja enggan mendekat
Takut kualat, begitu katanya

Remang cahaya lampu, siapa yang peduli
Yang ia tau
Air terjun mengucur deras tanpa hambatan melibas
Desah kesakitan terdengar, tapi tak menyiksa
Jika nantinya ditanya
Ia pasti hanya tersenyum manja
Inilah rahasia hal dan kewajiban

Lalu gemericik air mulai terdengar
Mula-mula pelan
Samar-samar
Napas memburu membakar
Mendidih
Berasap
Kemudian terdengar teriakan nyaring
Ia lupa sekeliling
Layaknya moncong teko di atas tungku
Siulan nyaring mengagetkan, bahkan bagi yang sedang terlena dalam mimpi

Sudah?

"Ya, aku sudah," katanya

Malam mulai berlalu dengan cerita pilu;

"Almarhum pernah seperti ini?" tanyanya

Aku harus bilang apa?
Haruskah aku ceritakan detail sampai jumlah tetes-tetesan dan warnanya,
Begitu juga aroma yang membuat merah pipi merona?

Setelah berpaling baru aku sadari, jauh sebelum ini;
Orang pertama mungkinkah menerjang bagai singa,
Orang ke dua menggigit dan memelintir seperti buaya,
Orang ke tiga dan seterusnya,
Semua binatang yang rakus mengalahkan serigala?

Malam pun berlalu meninggalkan cerita pilu;
Sejak malam itu
Kamar terkunci rapat
Guling kecil jadi selat
Jauh, dan sangat jauh
Tak ada yang berani menyeberang
Keduanya takut mati tenggelam

Dan malam pun berlalu meninggalkan cerita pilu
Antara hak dan kewajiban
Yang masih terhutang

Tb, 08 September 2022


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun