Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Mendung di Jogjakarta

11 September 2022   13:26 Diperbarui: 11 September 2022   13:34 233 27
Ditemani rinai gerimis semalaman ia duduk di dalam becaknya dengan sebuah harapan ada yang datang meminta diantar.
Harapan hanyalah impian yang datang bersama terkatupnya mata ketika hujan makin deras.
Tak terdengar lagi ketipak kereta kuda dan langkah kaki yang menyusuri Malioboro.
Setetes air dari sela plastik kumuh penutup becak menggugahnya dari sebuah impian yang tak tuntas.
Ingin rasanya kembali melanjutkan impian tetapi perut kosong tak mau mengantarnya tidur hingga kereta api pertama Stasiun Tugu pagi itu mengalunkan bel.
Mendung masih menggantung di langit Jogjakarta menutupi harapan datangnya penumpang.
Kantuk kembali mengajaknya bermimpi ketika mentari masih enggan menampakkan diri.
Sebuah tulisan 'Mboten Pareng Lenggah Mriki' dan beberapa petugas ketertiban membuatnya tahu diri.
Hanya di pojok sebuah prasasti ia bisa membangun impian yang tak lama dan tak pernah berlanjut.
Pojok tembok tak pernah melelapkan. Impiannya selalu kandas di ujung jalan Malioboro.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun