Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Namanya Aruna

27 Maret 2020   14:10 Diperbarui: 27 Maret 2020   14:26 152 3
Tuan, mari duduk bersama. Kuceritakan tentang seorang belia. Ronanya serupa jingga. Dihiasi lesung pipit berlengkung senyum, binar netranya penuh urna pancarona. Gelaknya membuat siapapun menanam bungah di dada. Namanya Aruna... Siapa sangka jika atmanya penuh noktah kesumba. Sisa-sisa silam, kala mala merajalela.

Dunianya, Tuan, adalah cerita panjang tentang sebuah perjuangan. Laung, larau, segala yang harus ia pendam saat baskara datang. Kerlip kartika sudah khatam ia makamkan di sanubari. Agar ada sedikit pendar dari segulita hati.

Aksara baginya, Tuan, adalah kelopak-kelopak cinta dan benci silih berguguran. Senang ia merangkai menjadi satu kesatuan. Kau bisa temukan berjuta hal klandestin dalam tiap spasinya, tanpa pernah menemui titik. Karena ia, Tuan, belum sampai pada tujuan.

Nanti, jika mengenalnya, ingatlah satu hal. Asa yang berantakan di pelatarannya, jangan coba kau serak diam-diam. Biarlah apa adanya. Sampai waktu membereskan segala.

Aruna, Tuan, mendekap erat sebuah pandora. Calar balar dihujam balabad nelangsa. Jangan sekali-kali coba kau buka. Jika tak mau membasuh seluruh luka.

- Jakarta, 13 Maret 2020 -

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun