Mohon tunggu...
KOMENTAR
Worklife Pilihan

Atlet atau Bukan, Kita Tetap Seorang Pejuang!

7 Agustus 2021   10:30 Diperbarui: 7 Agustus 2021   10:39 111 2
Euforia keberhasilan Greysia Polli dan Apriyani Rahayu merengkuh emas Olimpiade masih sangat terasa hingga sekarang. Berbagai pujian dan penghargaan silih berganti diperoleh pasangan ganda putri Indonesia ini.

Semua kalangan ikut senang akan hal ini, dari orang tua, remaja, sampai anak-anak hanyut dalam kemenangan.

Melihat hal tersebut, banyak remaja yang pada akhirnya ingin menjadi atlet seperti Greysia dan Apriyani. Memang, semua orang berhak bermimpi dan bercita-cita, namun untuk meraihnya tidaklah mudah. Butuh perjuangan lebih. Seperti kata pepatah, "disamping angan, perlu adanya aksi, sebab tanpa adanya aksi, impian hanya jadi mimpi."

Sebelum bercita-cita jadi atlet, tentu kita harus memahami apa itu atlet, bagaimana kehidupan mereka, serta apa yang kamu inginkan dari profesi atlet.

Atlet merupakan seorang yang mahir dalam bidang olahraga tertentu dan kerap mengikuti perlombaan dalam beberapa tingkatan, seperti Kabupaten, Provinsi, Nasional, bahkan Internasional.

Kehidupan atlet tidak hanya dipenuhi kesenangan seperti yang tampak di layar televisi kita. Lebih dari itu, ada keringat, pengorbanan, serta harus rela jauh dari keluarga. Bahkan, Taufik Hidayat, sang legenda bulu tangkis Indonesia rela menunda sekolah untuk menjadi atlet.

"Pada umur 13 tahun, saya harus memutuskan. Karena kita paham sekali, olahraga itu singkat, beda dengan sekolah," kata Taufik saat mengisi seminar di Insitut Teknologi Bandung.

Taufik Hidayat pada akhirnya memilih berkiprah di bulu tangkis dan menunda sekolahnya. Keputusannya tersebut akhirnya berbuah manis.

Ia pun meraih berbagai prestasi di ajang bulu tangkis bergengsi, seperti Brunei Open, Indonesia Open, SEA Games, Kejuaraan Asia Open, sampai yang pada ajang Olimpiade Athena 2004, ia berhasil meraih medali emas dan mengokohkan dirinya di peringkat 1 dunia tunggal putra kala itu.

Namun kita bukan Taufik Hidayat, setiap orang memiliki mentalitasnya masing-masing. Ada yang mudah menyerah, ada juga yang pantang menyerah. Semua itu kembali ke tiap individu.

Pilihan seorang atlet hanya dua, menang atau kalah. Menang disanjung, kalah mungkin akan dicaci. Itulah yang akan dihadapi seorang atlet. Mereka harus tegar, siap mental dan fisik, baik dalam pertandingan, maupun diluar pertandingan. Belum lagi harus jauh dari keluarga.

Bagi seseorang yang jarang atau tidak pernah jauh dari orang tua, tentu ini pilihan yang sulit. Tidak tau yang akan kita hadapi kedepannya bagaimana, sedang orang tua tidak disisi kita, rasa rindu membuat kita gelisah (home sick).

Bila kita telah memilih jalan menjadi seorang atlet, perlu adanya keseriusan, komitmen, karena atlet itu seorang pejuang, bukan sekali kalah lalu menghilang. Itulah yang sering terjadi pada kita.

Pada awalnya, kita sangat bersemangat menyambut bahwa kita adalah calon atlet sukses. Begitu dihadapkan dengan latihan yang keras dan lawan yang tangguh, kepercayaan diri kita langsung terjun bebas.

Maka dari itu, kita sebagai seorang yang bijak, patutnya mempertimbangkan secara matang terlebih dahulu, karena menjadi atlet tidak semudah membalikkan kedua tangan.

Banyak jalan untuk meraih kesuksesan. Kita berhak memilih jalan hidup kita masing-masing. Jadi apapun bisa, selagi kita mau berusaha dan diniatkan untuk kebaikan. Membuat orang tua bangga tidak harus jadi atlet, tidak harus kaya.

Mari gali pontensi dalam diri, jangan mudah terpengaruh orang lain. Tiap orang punya jalannya sendiri, sukses atau tidaknya kita tentukan sendiri, karena kita semua seorang pejuang masa depan.

Jangan lupa berdoa, berusaha, dan minta restu orang tua, karena sejatinya kesuksesan bukan semata-mata dari kita seorang. Ada pihak yang merestui dan mengabulkannya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun