Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Malulah Pada Tuhan yang Ada dalam Hatimu

3 Oktober 2020   21:02 Diperbarui: 3 Oktober 2020   21:03 20 0
Bangsa tercinta ini sudah merdeka selama 75 tahun. Namun, bangsa ini masih seperti anak balita yang belum bisa berdisiplin dan patuh.
Negeri ini masih banyak PR, pekerjaan rumah, yang harus diselesaikan. Masih amburadul. Carut-marut.

Sebut saja korupsi dan pungli yang masih sulit diberantas tuntas. Hukum belum menjadi panglima. Banyak perundang-undang disahkan, namun tak punya taring. Contohnya UU perlindungan konsumen nomor 8 tahun 1999. Yang belum mampu memberikan perlindungan bagi masyarakat konsumen.

Kadang saya berpikir buat apa kita berteriak-teriak tentang Pancasila sebagai dasar negara dan falsagah hidup bangsa. Sementara  nilai-nilai Pancasila belum dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, belum dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.  Hak-hak para konsumen saja masih sering dikebiri oleh para produsen.
Itu baru bicara tentang hak-hak masyarakat konsumen, belum bicara hak-hak warga negara. Hak-hak rakyat!

Saya pun tak habis pikir. Kenapa para  pembesar dan pemimpin yang dipilih dan diberi mandat oleh rakyat untuk memimpin tidak sungguh-sungguh bekerja untuk kepentingan bangsa dan negara? Sebagian dari mereka justru lebih utamakan kepentingan pribadi, partai dan kelompoknya?

Lalu, kenapa para pembesar yang sudah pensiun yang pernah digaji dan diberi fasilitas pakai uang negara, setelah pensiun tidak bekerja sosial, berbakti sosial, mengabdi untuk masyarakat? Misalnya membentuk organisasi yang membela hak-hak konsumen yang seringkali dirugikan oleh para produsen. Atau mendirikan yayasan untuk membantu para kaum miskin dan anak yang tak mampu sekolah. Atau menjadi tokoh masyarakat yang membantu pemerintah mengedukasi masyarakat untuk tidak buang sampah sembarangan, tidak melanggar UU lalu lintas. Atau mengajak masyarakat hidup bertoleransi tanpa SARA sesuai nilai-nilai Pancasila.
Atau membentuk organisasi yang mendorong Pemerintah memberantas korupsi dan pungli.

Lihat saja ada sebagian pensiunan pembesar yang bukannya membantu pemerintah dalam mengerjakan dan menyelesaikan PR-PR. Malahan ada yang merecoki seolah ingin membelah bangsa ini.

Banyak sekali PR yang belum dikerjakan bangsa ini. Itulah sebabnya bangsa ini tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Masih banyak rakyat hidup prasejahtera, miskin, tak mampu menyekolahkan anak dan tak mampu berobat serta makan makanan bergizi.

Apakah para pemimpin, petinggi, pembesar, yang diberi jabatan, pangkat, digaji dan diberi fasilitas menggunakan uang negara itu, yang tidak sungguh-sungguh bekerja untuk kepentingan bangsa dan negara itu,  tidak malu pada rakyat dan malu di mata dunia serta malu pada Tuhan yang bersemayam dalam hati nuraninya?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun