Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Desa Dayak Pasir Panjang (Bertahan di Arus Masyarakat Transmigran)

5 Januari 2012   09:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:18 2093 0
Dingin oksigen dari naungan pohon-pohon khas hutan Kalimantan akan langsung kita resapi, lalu sesekali berpapasan dengan beberapa ekor anjing tanpa tali kekang yang berlarian di badan jalan akan kita jumpai ketika mulai masuk Desa Pasir Panjang. Desa yang masih memegang tradisi adat suku dayak yang mulai terhimpit oleh arus transmigran di kota Pangkalan Bun, Kotawringin Barat, Kalimantan Tengah. Tidak sulit untuk menuju lokasi Desa Pasir Panjang. Karena memang posisi letak desa ini masih berada di wilayah kota, kira-kira hanya 5 Km dari pusat kota Pangkalan Bun. Pangkalan Bun, kota yang secara administratif dalam lingkup Kab. Kotawaringin barat terletak di sisi paling ujung selatan propinsi Kalimantan Tengah dan terus bergeliat sejak 10 tahun belakangan ini. Hal yang menarik dari kota ini adalah komposisi penduduknya yang mayoritas dari suku Jawa. Keberadaan banyak penduduk yang berasal dari suku Jawa sebagian dari program Transmigrasi di jaman Orde Baru yang diawali pada tahun 1977. Hingga sekarang terdapat banyak perkampungan transmigrasi dari pulau Jawa yang masih meneruskan bahasa "ibu" ke generasi berikutnya. Sebagian lagi berasal dari para perantau yang berjuang untuk membuka peluang usaha ataupun bekerja disini. Era perantau ini mulai pesat ketika masa Ilegal logging telah lewat di akhir tahun 90-an. Dan dimulainya masa "invasi" industri perkebunan sawit. Jadilah Pangkalan Bun ini menjadi sebuah kota kecil yang dikepung ribuan hektar perkebunan sawit. Sisa komposisi penduduk di kota ini adalah suku Melayu, Dayak, dan sebagian kecil dari suku Banjar dan Sunda. Desa Pasir Panjang sendiri adalah sebuah desa dengan penduduk suku Dayak yang masih bertahan di arus penduduk transmigran. Masih memegang tradisi yang dilakukan leluhur sebelumnya. Seperti bahasa dan aksen bicara yang khas. Terdengar jelas khas aksennya di kata-kata yang mempunyai vocal "e" berubah menjadi vocal "o". Contohnya kata benar menjadi bonar, kata deras menjadi doras, dll. Aksen khas tersebut juga diikuti dengan intonasi suara yang khas pula. Ke-eksotisan Desa Pasir Panjang juga dapat kita lihat dari pohon-pohon besar yang berdiri tegak memenuhi disela-sela wilayah desa yang berpenduduk tidak terlalu banyak ini. Jika kita berkunjung ke desa ini saat musim buah hutan. Kita akan menemukan macam-macam buah khas belantara hutan Kalimantan yang jarang sekali kita jumpai di daerah lain. Macam-macam buah tersebuta antara lain ada (dalam bahasa lokal) : buah mentawa, buah kekali, buah pompaan, buah idur, buah jihui, dan masih banyak lagi. Dimana warna, bentuk, aroma, dan rasanya memang memikat hati dan lidah. Mungkin setelah ini saya akan mem-posting buah-buah tersebut lengkap dengan foto-foto dan deskripsinya yang lebih detil.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun