Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Guruku Sayang, Honorku Malang

26 November 2020   13:50 Diperbarui: 26 November 2020   14:27 324 2
Jumlah guru data kementerian pendidikan 3,36 juta, sebanyak 52,13 persennya merupakan guru berstatus non-PNS atau istilah lainnya guru honorer. Seandainya seluruh guru honor yang ada di Indonesia mogok masuk kelas, mogok masuk ruang kelas virtual, dipastikan dunia pendidikan lumpuh di Indonesia.

Bagaimana dengan kesejahteraan mereka, tubuh mereka terdiri dari materi yang membutuhkan materi untuk bertahan hidup, teman-teman di daerah sudah mengalaminya dan melihat kondisi yang menyedihkan. Seperti apa gambaran mereka, teman-teman bisa menambahkan cerita-cerita itu.

Bagaimana dengan perlakuan siswa dan orang tua kepada mereka yang secara tiba-tiba dipenjarakan oleh muridnya sendiri? Silahkan cari di mesin pencarian, akan ditemukan, cerita-cerita aneh tapi nyata terjadi pada guru.

Bagaimana dengan mereka yang hidup di daerah terpencil, sekolah sangat jauh dari tempat tinggal mereka, gaji mereka terkadang ada 100.000/bulan, ada yang 300.000/bulan, ada 500.000/bulan atau lebih tinggi sedikit, dan yang menyedihkan  ketika ada yang memotong gaji kecil itu, sungguh kejam dan zalim, bahkan sertifikasi pun yang sudah puluhan tahun bertahan pada angka 1,5 juta/bulan, angka yang sangat jauh dari kata sejahtera, gaji security semen Tonasa, Gresik, Padang, atau Semen Indonesia saja, atau pegawai swasta yang lain jauh lebih tinggi dari itu.

Bagiamana kebijakan pemerintah, apakah sudah sesuai yang tertulis dan yang di lapangan, dana pendidikan besar namun tetap saja merana para guru honor. Jika pernyataan ini salah, komentari dan katakan dengan jelas seterang matahari di siang hari.

Negara ini sangat kaya, tidak ada yang bisa mendustakannya, dunia mengakui nya, tetapi sayang beribu sayang belum bisa menyejahterakan para guru honor, mereka adalah ujung tombak pembangunan sumber daya manusia yang dinina bobokkan dengan kata ikhlas dan pahlawan.

Honor sudah bergeser pemaknaan menjadi "sangat menyedihkan" seharusnya kata honor itu bergaji luar biasa sebagai gaji penghormatan sesuai dengan asal katanya, tetapi guru di seluruh Indonesia, sesungguhnya merasa minder menuliskan pada biodata mereka sebagai guru honor, khawatir ditolak oleh calon mertua.

Jika ada orang yang perlu disayang di dalam hidup ini, apalagi seorang profesional yang sudah berhasil, keberhasilan itu semua tidak lepas dari peran guru. Perhatikan dan renungkan kisah dua imam besar.

Imam Syafi'i pernah tiba-tiba beliau mencium dan memberi hormat  kepada kakek tua yang tidak dikenal oleh sahabat-sahabatnya, lalu sahabatnya terheran-heran mengapa Imam begitu hormat kepada orang tua itu padahal tidak terkenal, Sang Imam memberi penjelasan, bahwa dia adalah guruku. "Suatu ketika beliau mengajariku cara membedakan anjing dewasa, katanya jika anjing mengangkat kakinya ketika kencing itu tandanya sudah dewasa," atas pengajaran itulah Imam Syafi'i menganggap orang tua itu gurunya dan sangat menghormatinya lahir dan batin.

Imam Ali bin Thalib juga pernah berkata: " Saya adalah hamba dari siapa pun yang mengajariku walaupun hanya satu haruf. Aku pasrah kepadanya. Entah saya mau dijual, dimerdekakan atau tetap sebagai seorang hamba." Nah, bagaimana dengan sekarang? Bayangkan dan berjalanlah di muka bumi ini lalu perhatikan, perlakuan siswa kepada guru.

Bagaimana dengan guru ASN, teman-teman belum bisa beli mobil Fortuner atau Lamborghini seperti para penghancur moral anak bangsa jika tidak mencuri atau korupsi, ataupun menggadaikan SK lalu dililit utang puluhan tahun, atau punya bisnis lain tidak fokus mengajar. Adapun yang lulus ASN hasil seleksi dari kertas-kertas, teruji dengan belajar khusus untuk menghadapi soal-soal, luluslah kalian tersingkirlah para guru honorer yang kaya dengan pengalaman, saya tidak permasalahkan bagi teman-teman yang lulus, itu juga rezeki teman-teman yang tidak bisa diganggu, tetapi ini lahir karena kebijakan, kran itu dibuka terus lantas honorer hanya meradang, padahal ini bisa dikawinkan dengan menambah kapasitas guru honor itu agar sesuai dengan zamannya sembari dinaikkan levelnya menjadi ASN agar bisa sedikit tersenyum gembira. Sekali lagi honorku masih malang. Entah kapan berakhir, janji demi janji sudah bertahun-tahun didengar dan dibaca oleh guru honorer.
Tetapi jika ada kesusahan maka disitu sesungguhnya bersama kemudahan, ujian, derita, pengorbanan, teman-teman guru tidak ada yang sia-sia, dan guru teladan pernah mengatakan: Sesungguhnya Allah, para Malaikat Nya, Penduduk langit dan bumi sampai pun semut di sarangnya dan ikan di lautan turut mendoakan kebaikan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia (HR. Tirmidzi, 2685)

Semoga menjadi pemantik bagi guru-guru dan kepada orang yang pernah dididik oleh guru.
IG: @Ruhbaru77
ALBAHRI

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun