Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Artikel Utama

Mendidik Moral melalui Sastra

10 November 2019   21:01 Diperbarui: 12 November 2019   04:05 261 11
Hampir setiap hari, kita disuguhi berita mengenai korupsi, pembunuhan, pelecehan seksual, penganiyayaan, kasus hamil di luar nikah, kasus pencurian dan banyak lagi berita kriminal lainya di berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Hal itu jelas menjadi masalah bangsa yang seolah tiada henti.

Parahnya, di wilayah Jawa Tengah, kecenderungan tindak kriminal tersebut menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Fenomena tersebut semakin menunjukkan bahwa bangsa ini mengalami degradasi moral yang cukup memprihatinkan.

Untuk membentengi anak dari pengaruh negatif tayangan media tersebut, pihak keluarga dan sekolah berperan besar dalam memberikan arahan dan nilai-nilai moral kepada anak didik.

Sebagai alternatif, di lingkungan sekolah guru hendaknya senantiasa mendidik siswa dan memberikan teladan yang baik kepada muridnya. Selain diberikan contoh secara nyata, dalam pemberian pelajaran siswa pun perlu diberikan pemahaman dan pembelajaran tentang nilai moral dan sisi kemanusiaan.

Di bidang sastra misalnya, guru bahasa Indonesia mempunyai potensi besar menanamkan nilai-nilai moral kepada siswa melalui karya sastra.

Karya sastra, baik berupa puisi, cerpen, novel, maupun naskah drama, pada dasarnya merupakan cerminan perasaan, pengalaman, dan pemikiran pengarangnya dalam hubungannya dengan kehidupan.

Menulis fiksi bagi sastrawan adalah menafsirkan kehidupan (Kayam, 1998). Karya sastra berangkat dari kehidupan manusia. Di dalam menuliskan karya sastra, sang sastrawan mengolah materi yang diangkat dari kehidupan ditambah dengan imajinasinya, membentuk konsep yang dituangkan di dalam bentuk tertentu.

Di dalam memandang peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi di sekitar, sastrawan memakai pertimbangan nurani dan intelektualnya, dan biasanya, pengarang akan menilai peristiwa-peristiwa tersebut berdasarkan standar kepatutan.

Bilamana terjadi peristiwa-peristiwa yang melenceng dari standar kepatutan, baik dari sisi agama, moral, hukum, adat, politik, dan budaya, nurani pengarang akan tergerak untuk mengingatkan sesama manusia akan hal itu. Salah satu bentuk upaya mengingatkan sesama manusia itu adalah melalui kritik dalam karya sastra (Sunaryono Basuki KS, 2006).

Jika berbicara tentang sastra, mungkin tidak terlalu salah kesan beberapa orang yang mengatakan mengenai sastra yang dianggap sebuah hiburan dan tidak serius. Fungsi menghibur memang tidak dapat dilepaskan dari sastra, walaupun itu bukan fungsi utama sastra.

Nilai sastra yang lain adalah sebagai fungsi edukatif, Atau bisa dikatakan berfungsi untuk mendidik pembaca. Dalam arti luas berfungsi untuk memperdalam, serta mempertajam kesadaran pembacanya mengenai kehidupan.

Dengan melalui imajinasi, sastra membawa pembaca lebih dalam ke dunia nyata, membuat orang mampu memahami masalah-masalahnya.

Sastra Terpinggirkan
Oleh karena itu, karya sastra membuat penulis dan pembaca dekat dengan kehidupan. Melalui karya sastra sering diketahui keadaan, cuplikan-cuplikan kehidupan masyarakat seperti dialami, dicermati, ditangkap, dan direka oleh pengarang. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun