Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Kejahatan (Tak) Sempurna [#2/2]

7 Januari 2023   10:01 Diperbarui: 7 Januari 2023   10:14 430 2
Menjelang jam istirahat siang itu, seorang wanita tampak sedang menantikan tamunya. Setelah beberapa saat, orang yang ditunggunya akhirnya tiba. Di guest lounge kantornya, Lidya menerima Inspektur David yang telah menghubunginya beberapa hari sebelumnya.

Saat ditelepon Inspektur David, Lidya cukup terkejut mengingat kasus itu cukup lama terkatung-katung dan tidak terdengar lagi. Namun, ia menyambut baik maksud yang disampaikan sang inspektur.

Pada saat awal kasus itu bergulir, Lidya sempat dimintai keterangan oleh para penyelidik waktu itu. Namun hanya sekali itu saja. Kini setelah sembilan tahun berlalu, kasus itu dihidupkan kembali. Lidya teringat akan mimpinya baru-baru ini. Ia kini paham apa makna dari mimpi tersebut.

"Bisa anda jelaskan hubungan anda dengan Revan?" tanya Inspektur mengawali pembicaraan.

"Kami bersahabat baik. Saya kenal dekat dengannya karena kami berasal dari sekolah dan daerah yang sama. Di masa awal saya kuliah, almarhum banyak membantu saya. Saya sendiri menganggapnya seperti kakak. Dia pun juga sebaliknya," akunya.

"Jadi bukan sepasang kekasih?" tanyanya untuk memastikan.

"Bukan. Hanya sebatas sahabat," ucapnya.

"Selama anda berteman dengan Revan, apakah ia pernah bercerita atau terlihat punya masalah yang besar," tanyanya kembali.

"Kepada saya, ia jarang sekali cerita masalah pribadinya. Namun tampaknya ia baik-baik saja. Lagipula ia bukan tipe orang yang suka curhat atau mengeluh terhadap sesuatu," jawabnya.

"Apakah ia punya musuh atau terlihat seperti punya musuh?" tanyanya lebih jauh.

"Sepanjang yang saya ketahui tidak ada. Dengan kepribadian supel dan gaul yang ada pada dirinya, tampaknya bermusuh-musuhan bukanlah sifatnya. Lagipula ia tipe orang yang santai, asyik kalau diajak ngobrol, dan suka bercanda," ujarnya.
 
"Apa anda mengenal Tomi?" tanyanya.

"Tidak kenal tapi hanya tahu saja," ucapnya terkejut dengan pertanyaan itu.

Lidya buru-buru berkata, "Karena anda menanyakan tentang Tomi, saya ingin menyampaikan sesuatu terkait dirinya dan Revan jika anda tidak keberatan mendengarkannya. Saya harap informasi ini bisa berguna dan membantu anda dalam melakukan investigasi kasus ini."

"Silahkan anda ceritakan," sahutnya.

"Suatu ketika saya berjanji akan datang ke kosan Revan sore hari untuk meminjam bahan kuliah. Saya tidak tahu apakah ia lupa dengan janji itu. Namun ada hal ganjil yang muncul pada saat itu. Saat tiba di depan pintu kamarnya, saya melihat ada dua pasang sepatu yang tergeletak. Saya hanya berpikir keduanya milik Revan."

"Saat saya mengetuk pintu kamarnya, terdengar seperti suara grasak-grusuk buru-buru membereskan sesuatu lalu terdengar suara pintu kamar mandi yang ditutup. Saat pintu kamar dibuka, Revan seperti tidak menyangka kalau saya akan datang."

"Eh, Lidya!" kata Lidya menirukan Revan.

"Oiya, maaf. Aku kok lupa ya?" ujarnya kembali menirukan Revan.

"Revan yang terlihat bertingkah cukup aneh, segera mengambil bahan yang ingin saya pinjam. Saat saya berdiri di depan pintu kamarnya yang terbuka,  saya melihat sebuah jam tangan di atas kasurnya. Sama seperti halnya sepatu, saya pikir jam itu juga milik Revan."

"Namun di kemudian hari, sepatu dan jam tangan yang saya lihat di kamar itu ternyata bukan milik Revan tapi Tomi. Itu artinya Tomi ada di kamar itu saat saya datang hari itu. Pertanyaanya, kenapa ia mesti sembunyi di kamar mandi jika memang bertamu secara baik-baik. Lalu kenapa juga Revan bertingkah laku aneh seperti orang yang kepergok telah melakukan sesuatu yang buruk," paparnya.

"Jadi menurut anda, apa yang terjadi antara Revan dan Tomi di kamar saat itu," tanyanya.

"Saya tidak ingin berprasangka buruk pada Revan karena saya tahu dia orang yang baik dan banyak berbuat baik pada saya. Saya berusaha menyangkalnya tapi yang terjadi malah sebaliknya. Tidak hanya kejadian di kamar itu saja tapi juga ada fakta lain yang membuat saya heran dan semakin lama semakin mencurigakan," ungkapnya.

"Apa itu? Bisa anda ceritakan?" tukasnya penasaran.

"Setelah kejadian ganjil di kosan itu, saya tidak ingin berpikir yang macam-macam tentang Revan. Meski muncul kecurigaan terhadap gerak-gerik aneh tersebut, saya mengabaikan dan tidak mempedulikannya. Saya hanya berharap dugaan itu keliru. Namun yang terjadi malah sebaliknya."

"Semua tentang Tomi sudah jadi rahasia umum di kampus. Ia bukanlah laki-laki tulen alias agak kemayu dan gemulai orangnya. Teman-teman sekampusnya tidak memungkiri hal itu. Namun Tomi tidak merasa minder dengan dirinya. Begitu pula lingkungan sekitarnya yang tidak dalam posisi menolak atau menerima dirinya yang seperti itu. Itu sebabnya ia bisa terus dan eksis dengan identitasnya itu."

"Tomi yang menyebut dirinya sendiri dengan nama panggilan Mimi, berada di fakultas yang berbeda dari Revan tapi masih satu angkatan. Mereka bertemu dan berkenalan saat masa ospek. Tidak terlalu mengherankan jika Revan yang gaul dan supel, bisa bertemu dengan Tomi yang nyentrik."

"Dari sanalah hubungan keduanya dimulai. Seperti pasangan yang sejodoh, Tomi langsung lengket dengan Revan. Dengan kemampuan finansial yang dimilikinya, Tomi dengan mudah membiayai apapun yang diperlukan saat sedang bersama Revan. Mereka mulai melakukan berbagai kegiatan bareng seperti jalan-jalan, makan, shopping, nonton, dan lain-lain."

"Perlu Inspektur ketahui, itu semua bukan dugaan saya belaka. Suatu ketika saya sedang main ke mal. Secara tak sengaja saya melihat Revan bersama Tomi. Tidak ada yang salah dengan kebersamaan keduanya. Namun apa yang mereka pertunjukkan benar-benar membelalakan mata. Bagaimana mungkin dua laki-laki sebaya berjalan saling bergandengan tangan dan sesekali berangkulan tanpa menimbulkan prasangka yang bukan-bukan bagi yang melihatnya?"

"Menyadari fakta mencengangkan tersebut, penyangkalan saya sejak kejadian di kosan itu menjadi goyah. Dengan mata kepala saya sendiri, saya menyaksikan hal tersebut. Saya yang awalnya skeptis, berubah pikiran secara drastis."

"Ada satu lagi kejadian yang tidak terlupakan dan berkaitan dengan itu semua. Di sampul belakang buku yang saya pinjam dari Revan, terselip sebuah foto. Dari ukurannya, foto itu sepertinya diperoleh dari photo box. Di foto itu Revan besama Tomi berpose saling menempelkan pipi sambil tersenyum. Sementara jari tangan keduanya disatukan sehingga membentuk simbol love."

"Tidak hanya itu, dibalik foto itu terdapat sebuah pengakuan tertulis. Di dalam simbol love itu tertulis, 'U & Mi'. Mi-nya ditulis dengan huruf 'i'  bukan 'e'. Mi atau Mimi adalah panggilan untuk Tomi. Sebuah foto dan caption-nya seakan mengungkap segalanya."

"Dari semua itu, apa kesimpulan anda?" tanyanya.

"Saya masih tidak percaya dan tidak mengerti kenapa itu semua seolah diperlihatkan pada saya. Bagaikan potongan-potongan puzzle yang terbuka satu per satu dan akhirnya semuanya. Berbagai ketidaksengajaan itu memaksa saya sampai pada suatu kesimpulan yang sebenarnya tidak saya inginkan sejak pertama kali kecurigaan itu muncul. Namun seiring waktu, alih-alih skeptis, saya justru malah bertambah yakin dengan firasat itu."

"Saya menduga kuat jika keduanya terlibat hubungan sesama jenis atau gay. Kemudian terjadi permasalahan antara keduanya. Dugaan saya, salah satu dari mereka pengin pisah tapi yang satunya lagi tidak mau. Karena terlalu posesif, yang tidak mau ini kemudian nekat menghabisi nyawa korban."

"Analisis yang sangat menarik. Saya menghargai semua yang anda sampaikan. Itu sangat penting bagi kasus ini. Akan saya coba tindak lanjuti. Terima kasih atas waktu dan kesediaannya bertemu," responsnya mengakhiri perbincangan lalu beranjak pergi.

"Inspektur," panggilnya.

"Ya?" sahutnya menghentikan langkahnya.

"Anda pasti bisa menangkapnya," pungkasnya memberikan semangat.


..........


Setelah lama kosong, kosan dua lantai itu kini terlantar dan terbengkalai. Rumput dan tumbuhan liar terlihat  tumbuh dimana-mana. Kondisi bangunan juga tidak terawat dan kerusakan tampak disana-sini. Saat menyaksikan itu, kesan seram dan angker muncul seketika. Meski demikian, sang pemilik kosan seakan masa bodoh dan membiarkan hal tersebut terjadi.

Pasca kematian Revan, para penghuni kosan itu merasa enggan untuk tetap tinggal disana walaupun sebenarnya Revan tidak meninggal di tempat itu. Satu per satu mereka meninggalkan kosan itu hingga akhirnya kosong selama bertahun-tahun hingga sekarang.

Menjelang siang itu, Inspektur David mendatangi kosan tempat dahulu Revan tinggal. Meski kejadian itu sudah lama berlalu, Inspektur ingin melihat langsung tempat itu guna memperoleh gambaran yang jelas dan utuh dari fakta yang ada di lapangan.

Selain untuk membandingkan data dan informasi yang sudah ia pelajari sebelumnya, penelusuran itu diharapkan dapat memperoleh data dan informasi yang baru. Coba mengerahkan seluruh kemampuannya, ia berupaya keras untuk tidak melewatkan petunjuk atau tanda apapun yang dapat diperoleh dari lokasi tersebut.

Catatan menyebutkan Revan sudah menempati kamar bawah pojok itu selama satu setengah tahun hingga peristiwa tragis itu terjadi. Karena letak kosannya dekat dengan kampus, ia selalu berjalan kaki saat berangkat dan pulang kampus. Perjalanannya hanya sekitar sepuluh menit dan rutenya pasti melewati telaga yang menjadi tempat ia ditemukan tewas di kemudian hari.

Inspektur David memperhatikan akses jalan menuju kosan itu. Karena kondisinya sempit, gang itu hanya memungkinkan untuk dilalui oleh motor saja. Sementara mobil hanya bisa sampai di depan gang masuk. Selanjutnya penumpang mobil terpaksa harus berjalan sekitar seratus meter untuk bisa sampai di kosan tersebut.

Setelah melihat langsung kondisi kosan, telaga, dan kampus, segala kemungkinan terkait pelaku masih terbuka lebar. Dengan mengaitkan hasil otopsi dan fakta di lapangan, penelusuran mengarah pada suatu petunjuk. Pembiusan korban yang membuatnya tak sadarkan diri diyakini terjadi sebelum korban dibawa dan dibuang ke telaga.

Dari sana muncul spekulasi mengenai bagaimana korban bisa sampai di telaga. Dugaan yang paling kuat adalah korban dibawa dengan menggunakan mobil. Penelusuran kemudian berlanjut pada para pengguna atau pemilik mobil yang ada hubungannya dengan korban.

Di masa itu, tidak banyak mahasiswa yang mengendarai mobil pribadi saat ke kampus. Salah satu dari mereka adalah Tomi. Hal demikian diakui oleh teman-teman kuliah Tomi. Dalam pandangan mereka, kesan kaya dan berada tercermin pada diri Tomi. Tidak hanya mobil tapi juga barang-barang dan gaya hidup yang Tomi miliki. Semua itu membentuk citra dan identitas Tomi yang berkelas dan bonafide.

Saat jiwanya belum berpisah dari raganya, Revan kerap didatangi teman-temannya. Salah satunya adalah Tomi. Pendapat itu diperkuat oleh salah seorang teman kosan Revan yang kebetulan juga teman satu fakultas dengan Tomi.

Ia mengaku pernah melihat Tomi beberapa kali datang ke kosan secara kebetulan ia juga sedang berada di kosan. Semua kedatangan Tomi itu terjadi di waktu sore menjelang malam. Namun ia tidak tahu apakah Tomi datang pada waktu itu memakai mobil atau tidak. Karena jalan masuk yang sempit, tidak memungkinkan mobil bisa sampai persis di depan kosan.

Penelusuran Inspektur David berlanjut ke rumah orangtuanya Tomi di Jakarta Selatan. Bak istana di negeri dongeng, rumah itu terlihat besar, luas, megah, dan mewah. Diketahui bahwa orangtua Tomi adalah pengusaha papan atas yang memiliki gurita bisnis di berbagai bidang dan tersebar di beberapa kota besar di Indonesia.

Dari pengakuan satpam yang ditemui Inspektur, Tomi ternyata sudah lama berada di luar negeri. Sejak lulus kuliah, ia langsung berangkat ke Jerman untuk belajar dan juga bekerja disana. Selama disana, ia jarang sekali pulang ke rumah. Meski tidak memiliki saudara alias anak tunggal, ia terkesan tidak terlalu dekat dengan orangtuanya.

Tak banyak informasi yang diperoleh terkait Tomi selain dari penelusuran itu. Kepergiannya ke luar negeri dan kebermukimannya disana menyisakan pertanyaan besar. Tanpa kesaksian langsung darinya sulit untuk mengungkap dugaan yang mengarah pada dirinya. Sayangnya kondisi seperti itu tidak akan berubah selama ia masih berada di luar negeri. Meski demikian, tidak tertutup kemungkinan jika suatu hari nanti ia akan pulang kembali ke Indonesia.


..........


Beberapa Bulan Kemudian

Restoran prasmanan itu terlihat ramai dipadati oleh para pengunjung yang sebagian besar pegawai kantor yang hendak dan sedang makan siang. Saat sedang menikmati hidangannya, pandangan mata Lidya sesekali menatap ke arah tv flat yang berada tak jauh darinya. Salah satu berita yang ditayangkan di salah satu stasiun tv, menarik perhatiannya.

Meski volume suara tv itu sengaja tidak dikeraskan, judul beritanya yang tertera di bagian bawah layar tv sangat jelas terbaca. Judulnya adalah "WNI terlibat perkosaan berantai di Berlin". Foto si pelaku ikut ditayangkan dalam pemberitaan yang berlangsung singkat itu.

Foto itu sekilas mengingatkannya pada seseorang tapi ia lupa. Saat sedang berpikir keras siapa gerangan pria di foto itu, tiba-tiba saja ia teringat pada sosok di masa lalu. Seketika kecurigaannya muncul.

"Mungkinkah itu?" gumamnya.

Karena belum memahami pemberitaan itu secara jelas dan lengkap, buru-buru ia meraih HP-nya untuk browsing berita di internet.

"Oh, Tuhan!" serunya dalam hati.

Saat membaca berita-berita itu, ia benar-benar terperanjat. Menurut berita, pria itu bernama Tomi Suhendra. Sampai batas itu, ia masih menganggap itu kebetulan belaka karena nama depannya sama dengan sosok yang ia ketahui. Namun anggapan itu segera terbantahkan saat latar belakang pendidikan pria itu disebutkan. Bagaimana tidak, universitas, fakultas, dan tahun kuliahnya semasa dengan dia dan juga Revan. Ia tidak bisa menyangkal lagi jika itu suatu kebetulan.

Selanjutnya berita online itu menyebutkan bahwa setelah menyelesaikan sarjananya, Tomi melanjutkan pendidikan S-2 dan S-3 di Jerman. Selama studi, ia sudah bekerja dan menetap di Jerman. Saat kejahatan itu terungkap, ia tercatat sebagai pegawai di sebuah perusahaan dengan jabatan yang cukup strategis.

Tomi didakwa karena telah melakukan perkosaan dan penyerangan seksual terhadap sejumlah pria di Berlin. Sebelum polisi menggeledah dan menemukan berbagai barang bukti di apartemennya, beberapa korban telah melapor ke polisi.

Berdasarkan pengakuan korban, sebelum pelaku melancarkan aksi bejatnya, mereka dibius terlebih dahulu dengan minuman yang dicampur dengan obat bius. Kini kasus itu sedang dalam proses persidangan dan memasuki tahap akhir yang akan menentukan nasib pelaku.

Lidya bergidik saat berita demi berita itu dibacanya. Dirinya bergejolak saat mengingat kasus pembunuhan misterius Revan sembilan tahun lalu dan kini muncul kasus baru yang menggemparkan dimana Tomi terlibat di dalamnya. Apa yang dulu ia yakini, tampaknya terungkap kebenarannya kini.

Buru-buru ia menelepon Inspektur David untuk mengabari perihal tersebut dengan perasaan berdebar.

"Selamat siang, Inspektur!" sapanya.

"Siang!" sahutnya.

"Apakah anda sudah mendengar berita tentang Tomi dari media?" tanyanya antusias.

"Ya, tentu saja. Beritanya ada dimana-mana," jawabnya.

"Apakah anda memikirkan apa yang sedang saya pikirkan?" ujarnya.

"Saya rasa seperti itu. Sebenarnya saya berniat menghubungi anda terkait perkembangan kasus Revan ini. Penelusuran saya yang terakhir menunjukkan dugaan yang kuat mengarah pada Tomi. Sejalan dengan yang pernah anda sampaikan. Namun sayang, upaya itu terpaksa terhenti karena keberadaan Tomi yang jauh di belahan bumi sana. Kasus itu tampaknya kembali menemui jalan buntu. Tak ada yang dapat saya perbuat. Namun setidaknya saya sudah berusaha," paparnya.

"Apakah anda setuju dengan pendapat saya jika Tomi memang pelakunya?" desaknya.

"Melihat kasus yang melilit Tomi saat ini, hal tersebut sangat mungkin dan relevan. Pendapat anda dan temuan saya terkonfirmasi dengan adanya kasus tersebut. Banyak kesesuaian dan kecocokan antara dua kasus tersebut. Apakah itu hanya sebatas kebetulan saja? Saya rasa tidak," ujarnya.

"Saya pikir Tomi kini mendapat balasan yang setimpal atas kejahatannya di masa lalu," tukasnya.

"Betul. Dan kejahatan itu kini tak sempurna lagi. Semoga mendiang Revan kini bisa beristirahat dengan tenang," imbuhnya mengakhiri percakapan di telepon siang itu.


(SELESAI)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun