Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Perempuan Pemberani

1 Mei 2021   08:30 Diperbarui: 1 Mei 2021   08:41 137 5
*Perempuan Pemberani*

Dalam sejarah perburuhan negeri ini
Mengantar ingatan pada sebuah nama
Nama yang melekat pada makhluk bernama perempuan
Nama yang tidak memiliki nilai komersial pun keindahan dibandingkan dengan nama-nama para penjaja cinta di pinggir - pinggir rel kereta api antar kota

Namun...siapa tak mengenal nama itu
Jiwa siapa tak bergejolak mendengar kembali nama itu disebut
Tetiba ingatan membawa ke sejarah kelam tentang kisah seorang perempuan pemberani penuntut hak juga pejuang nasib para kawan sepenanggungan

Seketika, ingatan ini berlari menuju tragedi tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh tiga silam..
Di mana seorang buruh dengan lantang berorasi menyuarakan hak-hak yang dirasa terkebiri
Gemuruh sorak riuh menjadi bumbu semangatmu
Berdiri di garis depan menenteng lembar tuntutan kawan- kawanmu
Wahai perempuan dari mana sebenarnya kau peroleh rasa tak gentar itu?
Bayangan namamu akan terkenal, terengkuh akan ambisimu, menjadi pujian semua orang, atau karena desakan naluri yang tak berimbang dengan kenyataan yang kau alami?

Riuh lautan manusia  menjadi sunyi kembali menyapa tempat dan kedudukan semula dengan mimpi dan harapan kan terpenuhi hak dan keinginan tanpa disadari maut mengintai sang pemberani
Sunyi itu menjadi kian senyap seiring ditemukannya jasad seorang perempuan muda serupa kawan yang kemarin dengan gagah berdiri di ujung podium berdarah

Kau memang tiada kini
Harum namamu masih semerbak di kelilingi ambu perjuanganmu
Wajahmu mungkin tak banyak orang paham
Namun kisah lantangmu menyuarakan keadilan begitu membekas sekaligus menjadi bayang kelam di sela rasa miris garis akhirmu

Rupanya darah Kartini mengalir di nadimu
Kata emansipasi memicu nalar gelisahmu
Ketika nafas mencium ketimpangan rasa tak adil
Langkah tegapmu berjalan menginjak onak dan duri yang terlebih dulu melukai harga dirimu

Kini namamu mungkin tak terendus
Perjuanganmu barangkali lepas dari ingatan kaummu
Namun setiap kali kalender di dinding harus berganti, dan tulisan bulan Mei menyerang bola mata ini, warna merah menghias angka pertamanya, ingatan akan perjuanganmu kembali menyedot alam bawah sadar ini, tangan terkepal, rahang mengeras, nafas terhembus berat, bibir mencoba mengolah kata merangkai diksi mengaitkannya menjadi untaian sajak panjang tak berbatas

Tidurlah tenang di keabadian mu, kawanku sayang
Negeri ini sedang berbenah di atas kenangan akan jiwa patriotisme yang kau semburkan di nafas reformasi keadilan
Bumi Pertiwi kan mencatat kisah perjuanganmu dengan senyum...
Kembali seorang perempuan menjadi pembuka jalan kebenaran

May Day, 1 Mei 2021

#kicauhati
#relungnurani

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun