Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Tak Kenal Lelah, perjuangan Kakek Pengayuh Becak Mencari Nafkah

8 Desember 2021   23:34 Diperbarui: 11 Desember 2021   16:21 1503 3
Yogyakarta - Malam, waktu yang tepat untuk beristirahat dari siang hari yang begitu melelahkan, namun berbeda dengan beberapa orang yang masih terus bekerja untuk mencari nafkah. Begitu juga dengan seorang kakek berusia 67 tahun yang merupakan tulang punggung bagi keluarga yang tetap bekerja hingga larut malam.

Kamjo, seorang pria tua asal glagahan, caturharjo bantul. Merupakan seorang penarik becak yang memiliki tiga orang anak dan dua orang cucu. Usia tuanya ini tidak menjadikan sebuah penghalang bagi kakek kamjo untuk mencari nafkah demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya.

Tubuhnya yang terlihat melemah, begitu kurus,keringat yang bercucuran dan nafas yang kadang tersenggal ketika mengayuh becak  menjadi sebuah bukti perjuangan kakek dalam mencari pundi-pundi rupiah, namun masih saja berusaha ia tutupi dengan senyumnya yang lebar.

Setiap hari sekitar jam dua sore, ia berangkat dari rumahnya . Dengan berbekal niat dan semangat, kakek kamjo diantar oleh anaknya ke tempat juragannya untuk mengambil becak yang akan disewa. Butuh kira kira 5 ribu rupiah per hari agar becaknya bisa dibawa oleh kakek kamjo.

Sejak 1996, kakek kamjo telah menjalani pekerjaannya sebagai tukangbecak sebagai sumber penghasilan . Banyak suka maupun duka yang telah beliau lewati. " menjadi tukang becak itu banyak senengnya, nantinya kita bisa ketemu sama teman teman untuk ngobrol dan juga  bercanda" jelasnya. Selain itu ia juga bisa melupakan masalah apa saja yang ada dirumah. Selama hampir 25 tahun terakhir ia tidak pernah mendapat masalah dengan tukang becak lainnya.  Prinsipnya " jadi tukang becak tuh jangan yang aneh aneh, cukup baik aja ke semua orang. Insyaallah kebaikan akan dibalas sama kebaikan juga".ujarnya

Masa pandemi covid-19 yang melanda indonesia memang sangat berdampak  bagi ekonomi masyarakat indonesia, tak terkecuali kakek kamjo, beliau bahkan sempat memilih untuk berhenti sementara dalam  menarik becak lagi karena uang yang ia dapatkan tidak stabil, hanya sekitar 25 rb perhari.  "Kemaren yang lagi naiknya covid, untung untungan bisa dapet 1 penumpang. Jadi saya berhenti narik, ga cukup untuk makan sehari hari sama uang sewa becak" ungkapnya.  Sehingga ia memutuskan untuk bekerja di sawah milik tetangganya. Ia juga menerima pekerjaan apa saja yang ditawarkan oleh orang orang. Dengan berharap agar apapun yang ia kerjakan bisa menyembuhkan ekonomi keluarga.
" apapun kerjanya bisa, yang penting halal dan ga ngerugiin orang lain"jelasnya, dengan senyum sumringah.

Namun, alhamdulilah sekarang pandemi sudah mulai mereda. Ia akhirnya kembali untuk menarik becak lagi. pendapatannya pun sudah mulai meningkat dari 75rb sampai 100rb rupiah perharinya.
"Alhamdulilah sekarang udah lumayan membaik tapi apapun yang didapat harus bersyukur, mungkin hari ini sedikit tapi siapa tau besok banyak. Kan rezeki gaada yang tau, jangan patah semangat kuncinya" ucapnya

Mungkin lirik lagu ebiet-ayah , sangat menggambarkan sosok kakek kamjo, yang mempunyai semangat dan tekat yang tinggi untuk menghasilkan rupiah.

 Walaupun dinginnya malam hari yang membuat orang orang menarik selimut, kakek kamjo dengan baju tipisnya tidak menyerah menunggu penumpangnya. Bahkan ketika hujanpun ia tak langsung pulang tetapi lebih memilih untuk berteduh di depan ruko dan berharap ujan segera berhenti agar bisa mengayuh becak lagi. " sesekali pernah kelaparan karena ujan turun dan belum mendapat penumpang" jelasnya.  Menjadi seorang tukang becak memang harus memiliki kesabaran yang luar biasa. Karena penumpang becak memiliki musim,Kadang ramai kadang juga sepi.

Meski begitu ia juga sangat bersyukur karena tukang becak bekerja sama dengan beberapa toko seperti toko bakpia, toko pakaian dan lain lain. Mereka bisa memperoleh bonus ketika ada penumpang yang tertarik berbelanja di toko toko tersebut. Bonusnya sangat lumayan berupa kue yang nantinya bisa diambil ketika lebaran.

jam  1 malam merupakan jam pulang bagi kakek kamjo. Tetapi beliau tidak langsung pulang kerumahnya melainkan tidur di mesjid yang dekat dengan rumah juragannya. Alasannya karena bis yang akan ditumpanginya hanya ada di pagi hari sehingga mengaharuskan beliau untuk tidur beberapa jam di masjid. Ia menunggu waktu sholat shubuh , Setelah melaksanakan ibadah  shubuh beliau kemudian bergegas mengembalikan becak sewaanya tersebut dan kembali pulang kerumahnya menggunakan bis Pada pukul 6 pagi.

Ia juga memberikan sebuah nasehat kepada para anak muda untuk terus belajar dan berusaha agar bisa mencapai  impian, selain itu jangan pernah berhenti percaya dan selalu bersyukur dengan apapun takdir yang telah diberikan oleh Allah swt. Manfaatkan waktu sebaik baiknya karena waktu tidak akan pernah terulang untuk yang kedua kali dan akhirnya kita  menyesal dikemudian hari.
Yang penting jangan pernah menyerah karena masih ada hari esok.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun