Mohon tunggu...
KOMENTAR
Home

Moralitas Korban Michat dan Para Hamba "Suci"

25 Agustus 2022   13:49 Diperbarui: 25 Agustus 2022   14:03 344 1
Siang itu Saya membuka Instagram berharap ada berita baru yang terupdate selain kasus sambo-sambo. Hampir semua plaform media berita di Indonesia Saya ikuti tanpa terkecuali beberapa media luar negeri. Hampir sebulan lebih di dominasi oleh berita yang itu-itu saja.

Lalu kemudian muncul di beranda salah satu berita di media lokal Jayapura mengenai seorang Pemuda berurumur 19 tahun membunuh seorang Perempuan berumur 18 tahun  di salah satu hotel. Perempuan tersebut Menurut berita itu di kenal lewat aplikasi Michat. Mereka sepakat dengan harga Kisaran 500 yang akan dibayar oleh si lelaki tidak bermodal tersebut, namun faktanya pria itu hanya memiliki se lembar Duit yang bergambar Presiden pertama RI yang telah wafat puluhan tahun yang lalu. Tentu si gadis yang malang itu menolak dengan harga yang setara dengan satu Botol Anggur merah (harga "ada-ada" di sepanjang jalan baru Abepura pada Malam hari).



Karena si pria pengguna michat itu  hanya modal k**t*l doang dan sedang dalam kondisi mabuk ganja, dengan nekat menusuk berkali-kali dengan Pisau se saat setelah Perempuan itu berteriak ingin meminta tolong. Sungguh malang dan tragis nasib Perempuan yang masih sangat Muda itu, nyawanya tidak tertolong setelah beberapa luka tusukan di sekujur tubuhnya. Laki-laki tak bermodal telah di kuasai oleh roh iblis untuk memuluskan nafsu birahinya. Namun nasi sudah menjadi bubur, pasal pembunuhan berencana akan menantinya dengan ancaman Hukuman mati. Saya termasuk orang yang selama ini menolak hukuman mati, karena sangat menciderai prinsip dan nilai Kemanusiaan. Tetapi bagaimana dengan Korban yang harus menghadap sang Penciptanya terlebih awal di usia yang masih sangat muda yang dia habisi dengan tidak manusiawi dan belum sempat berpamitan dengan orang tuanya? Biarlah Para hakim di pengadilan yang merupakan wakil dari Tuhan yang menentukan nasib dari pria tersebut.



Terlepas dari kasus tersebut, beberapa Akun di media sosial membagikan Ulang berita tersebut lalu muncul beragam komentar dari Para netizen jagad maya. Saya baca dari atas semua komentar yang di pastikan 99,99% tak satu pun yang mengucapkan belah sungkawa kepada korban atas pembunuhan yang Sangat sadis oleh pria tanpa modal itu. Semua menjadi kan kasus itu sebagai bahan Candahan dan olokan dengan stiker ketawa ketiwi, apa karena gadis itu bekerja sebagai pelacur melalui aplikasi prostitusi bernama Michat sehingga Para Hamba-Hamba yang suci yang budiman merasa dirinya paling bersih dari segala noda duniawi. Apakah ketidak Sucian seseorang hanya di ukur pada profesi yang dia jalani semisalnya Para pekerja seksual (PSK)? Apakah mereka yang bukan PSK sudah Benar-benar suci lahir dan bagian dan benar-benar tak bernoda tidak pernah melakukan perbuatan tercelah, seks bebas dengan pasangannya lalu menganggap peristiwa malang itu sebagai bahan olokan? Guru Saya di Sekolah menengah dulu pernah berkata "Nak, jangan lupa berkaca ".



Tentunya yang menjadi fokus utama pada netizen adalah Aplikasi Michat sebagai aplikasi prostitusi yang dijadikan olokan bahkan beberapa di antara mereka saling tag di Kolom komentar dengan emoticon bernada ketawa. Seandainya saja si gadis malang itu profesinya bukan PSK melalui aplikasi Michat, mungkin saja banyak akan yang simpati padanya. Karangan bunga virtual akan membanjiri kolom komentar serta ucapan belah sungkawa dan doa. Namun sayang, Sanksi sosial sangat Kental di berlakukan oleh Para hamba yang suci kepada mereka yang profesinya bertentangan dengan moral. Dia tetaplah PSK yang pendosa dan kotor oleh kaum hamba suci, bahkan tak sedikit dari mereka yang terlihat begitu bermoral layaknya hamba penjaga pintu surga menikmati olokan itu.



Dalam kita perjanjian baru, Seorang Farisi bernama Simon mengundang Yesus makan. Dia mungkin penasaran karena Yesus bisa melakukan banyak mukjizat. Yesus menerima undangan itu, mungkin karena dia ingin menggunakan kesempatan itu untuk mengajar. Yesus sebelumnya juga pernah makan bersama para pemungut pajak dan para pedosa.



Namun, Yesus tidak diperlakukan layaknya seorang tamu. Di Palestina, orang biasanya memakai sandal. Setelah melewati jalan-jalan yang berdebu, kaki mereka kotor dan kepanasan. Jadi, kaki tamu biasanya dibasuh dengan air yang sejuk. Tapi kali ini, tidak ada yang mencuci kaki Yesus. Tidak ada yang memberinya ciuman selamat datang atau meminyaki rambutnya, seperti yang seharusnya diberikan kepada para tamu.



Jamuan makan pun dimulai. Saat semua orang duduk dan makan, seorang wanita yang tidak diundang diam-diam memasuki ruangan. Dia "dikenal di kota itu sebagai orang berdosa". (Lukas 7:37) Semua orang memang berdosa, tapi wanita itu 'dikenal sebagai orang berdosa' karena dia bukan wanita baik-baik. Sepertinya dia adalah pelacur. Bisa jadi, dia telah mendengar ajaran Yesus, termasuk janjinya untuk menyegarkan orang yang terbebani. (Matius 11:28, 29) Karena tersentuh oleh kata-kata dan tindakan Yesus, dia kini mencari Yesus.

Dia lalu berlutut dekat kaki Yesus. Air matanya membasahi kaki Yesus, dan dia mengusap kaki Yesus dengan rambutnya. Dia mencium kaki Yesus dengan lembut dan mengolesinya dengan minyak wangi. Melihat itu, Simon berkata dalam hati, "Kalau orang ini benar-benar nabi, harusnya dia tahu siapa dan wanita macam apa yang menyentuhnya. Dia itu orang berdosa." (Lukas 7:39)



Karena tahu pikiran Simon, Yesus berkata, "Simon, ada yang mau saya katakan kepadamu." Dia menjawab, "Apa, Guru?" Yesus mengatakan, "Dua pria berutang kepada seseorang, yang satu berutang 500 dinar, yang satu lagi 50 dinar. Sewaktu mereka tidak punya apa-apa untuk membayar utang, orang itu membebaskan mereka berdua dari utang. Jadi, dari antara mereka berdua, siapa yang akan lebih mengasihi orang itu?" Simon menjawab, "Saya rasa, orang yang utangnya lebih besar." (Lukas 7:40-43)



Yesus setuju. Lalu dia berkata kepada Simon, "Kamu lihat wanita ini? Saya datang ke rumahmu, dan kamu tidak memberi saya air untuk cuci kaki. Tapi wanita ini membasahi kaki saya dengan air matanya dan mengusapnya dengan rambutnya. Kamu tidak menyambut saya dengan ciuman, tapi wanita ini tidak berhenti mencium kaki saya dengan lembut sejak saya datang. Kamu tidak menuangkan minyak ke kepala saya, tapi wanita ini menuangkan minyak wangi ke kaki saya." Yesus bisa melihat bahwa wanita itu menyesali perbuatannya dan mau berubah. Jadi dia mengatakan, "Saya memberi tahu kamu, meskipun dosa wanita ini banyak, semua itu sudah diampuni, karena dia menunjukkan kasih yang besar. Tapi orang yang diampuni sedikit hanya menunjukkan sedikit kasih." (Lukas 7:44-47)



Yesus bukannya membenarkan perbuatan wanita itu. Tapi, dia berbelaskasihan kepada orang yang melakukan dosa besar namun bertobat dan meminta bantuannya. Bayangkan betapa leganya wanita itu ketika Yesus berkata, "Dosa-dosamu diampuni. Imanmu sudah membuat kamu selamat. Pergilah dengan damai." (Lukas 7:48, 50)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun