Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy Pilihan

Tingkatkan Imun dari Racikan Jamu

15 Oktober 2021   19:39 Diperbarui: 15 Oktober 2021   19:46 257 4
Jamu tak melulu identik sebagai minuman tradisional para orang tua. Kini, jamu mulai digemari kalangan milenial di Mamuju. Sebagai alternatif di masa pandemi Covid-19.Minuman herbal hasil dari kombinasi rempah-rempah tersebut semakin digemari karena khasiatnya diyakini dapat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga orang yang rutin mengkonsumsi terhindar dari virus korona.

Tak heran, ketika Covid-19 mulai merambah ke Mamuju, permintaan jamu pun ikut meningkat. Bahkan, orang yang dulunya tidak menyukai jamu, ikut mengonsumsi jamu sebagai alternatif obat-obatan kimia.

Perubahan minat warga itulah yang terekam dalam ingatan Mas Akbar, salah satu penjual jamu keliling di Mamuju. Mas Akbar yang telah berjualan jamu keliling di Mamuju sejak 1998, bahkan sempat cemas akibat pandemi Covid-19.

Ia khawatir pandemi membuat usahanya ikutan lesu seperti kebanyakan usaha lain. Namun tak seperti dibayangkan, justru usahanya itu tak terganggu.

"Jamu malah naik daun. Itukan mereka pelanggan saya tidak pernah atau mereka malas beli multivitamin, jadi konsumsi hanya dari jamu saya. Kalau kita minum pahit (jamu, red) setiap hari, tubuh bakal terasa enak dan badan fit," kata Mas Akbar.

Mas Akbar yang berusia 48 tahun sangat percaya pada khasiat jamu. Semenjak ia dan orang tuanya aktif mengonsumsi jamu, tak pernah sekali pun jatuh sakit hingga harus dirawat di rumah sakit. Ia juga sama sekali tak pernah mengeluh karena kelelahan. Padahal setiap hari berjualan keliling menggunakan sepeda.

Kendati demikian, pria asal Solo, Jawa Tengah (Jateng) itu, mengaku, sudah terbiasa mendengar cibiran dan nyinyiran dari orang yang menganggap jamu tidak baik bagi kesehatan.

"Saya anggap saja orang seperti itu tidak tahu khasiat jamu seperti apa. Mama bapak saya sampai umur 80 hingga 90 tahun, alhamdulillah masih sehat. Tidak pernah masuk rumah sakit. Saya hanya istirahat kalau hujan. Banyak yang pesan tapi saya bilang kalau hujan saya tidak bisa kerja," tutur Mas Akbar, sambil meracik jamu ke pelanggannya.

Mas Akbar berjualan mulai pukul 08.30 wita hingga 14.00 wita. Rutenya dalam kota Mamuju. Ia baru beristirahat dari 14.00 hingga 17.00. Setelah itu, kembali membuat jamu dan menjualnya dari 19.00 hingga 22.00.

Kalau malam Mas Akbar tidak berkeliling. Ia memilih mangkal di Warung Mbak Sinem, Jl Andi Makkasau, Kelurahan Karema, Mamuju.

"Saya suka jual jamu, menyehatkan orang. Tidak ada itu pamrih. Kalau kita mendatangi orang dan membuatnya sehat, itu ada berkahnya. Sudah banyak pelanggan saya, yang dulu sakit, kemudian rutin minum jamu saya jadi sembuh," terang Mas Akbar.

Mas Akbar mengaku, yang menjadi pembeda antara jamunya dengan jamu lain adalah dari racikannya. Mas Akbar meracik sendiri jamunya. Ciri khas jamunya karena berasal dari rempah-rempah pilihan super lengkap. Semakin pahit jamu semakin berkhasiat. Di situ letak istimewanya.

Rempah-rempah pilihannya didatangkan langsung dari Solo, dikirim melalui jasa ekspedisi, Indah Cargo. Sebab, beberapa rempah pilihannya tidak ada di Mamuju. Yanga ada hanya Jahe dan Beras Kencur.

Ia mengaku, pernah meneliti tumbuhan Kunyit dan Temulawak. Kedua tumbuhan tersebut ternyata baik dipanen jika tumbuhannya sudah mati. Entah itu dipengaruhi faktor cuaca seperti kemarau dan penghujan.

"Jenis Kunyit dan Temulawak yang baik berasal dari tumbuhan yang sudah mati. Sedangkan di Mamuju tidak pernah mati karena tidak ada musim kemarau dan musim penghujan. Saya pernah tanam Temulawak dan Kunyit di sini tidak pernah mati. Sehingga khasiatnya beda dengan yang kita panen di Jawa, makanya saya suka pesan dari sana," papar Mas Akbar.

Beberapa rempah-rempah jamu yang dijualnya antara lain, Jahe, Jahe Gula Merah, Serei, Kayu Manis, Cengkeh, Beras Kencur, Dawung, Adas, Kapulaga, Sambiloto, Daun Brotowali, Lempuyang, Kunyit, Temulawak, Sirih, Kunyit Asem dan Jeruk Nipis.

"Khasiatnya beda-beda. Harganya variasi, Mulai Rp 5 ribu hingga Rp 20 ribu sekali minum," tandasnya.

Dalam rilisnya, Plt Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Arianti Anaya mengajak warga mengonsumsi imunomodulator yang berasal dari tanaman-tanaman obat asli Indonesia.

Ia menambahkan, sudah menjadi tugas Kemenkes untuk mengedukasi masyarakat dan tenaga kesehatan agar lebih yakin dan mencintai OMAI produksi dalam negeri.

"Kalau pandemi ini berkepanjangan, tentu akan lebih bagus mengonsumsi obat herbal yang bahan bakunya dari dalam negeri," tandasnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun