Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Sekolah

8 Februari 2023   14:30 Diperbarui: 8 Februari 2023   14:32 236 9
Hujan baru saja selesai sore itu saat Even, Lando dan Naris menjejaki jalan bebatuan krikil basah menuju rumah mereka, melintasi tiga perkampungan untuk mencapai desa. Perjalanan pulang ke rumah begitu menggembirakan bagi ketiga remaja dari desa Kuanfatu, ketiga anak itu seperti baru mendapat harta karun dalam otak mereka selepas pulang dari pendopo pasotoran pater Van Rotter. Mereka bertiga bersama  dengan remaja dari desa lain dikumpulkan oleh pastor Belanda itu untuk mendengarkan arahan dari seorang pamong  dinas PdanK kabupaten tentang penerimaan tahun ajaran baru bagi perserta didik jenjang perguruan tinggi di pulau Jawa. Bagi anak-anak di wilayah timur, masuk ke perguruan tinggi di pulau Jawa bisa jadi hadiah terindah dalam hidup anak-anak ini. Even dan kawan-kawan langsung membayangkan bisa menikmati keistimewaan menjadi penduduk kota, jalanan yang padat dengan mobil sedan, gedung perkantoran dan hotal bertingkat serta kompleks kampus yang menggairahkan. Seketika sepanjang perjalanan dari pastoran ke rumah mereka dibanjiri dengan ingatan monokrom yang sempat mereka lihat di kamar makan bruder Anton, saat mereka masih mengenyam pendidikan sekolah asrama di Kiupukan. Biasanya setiap malam selepas makan malam bruder Anton akan membuka dua daun pintu kamar makan lebar-lebar agar anak asrama dapat menonton televisi hitam putih pada salasar ruang kamar makan, ini jadi hal paling menyenangkan dari sekolah misi, disaat masyarakat di luar pagar asrama masih berjuang melawan malam dengan lampu tioek serta ditemani bunyi jangkrik dan tingkah usil nyamuk menyambangi telinga, anak-anak asrama putra paroki sudah dimanjakan bruder Anton dengan siraman cahaya lampu pijar serta hiburan televisi yang boleh mereka nikmati selama sejam setiap harinya kecuali hari sabtu dan minggu. Dari sinilah Even, Lando dan Naris mengenal pulau Jawa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun