Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Keadaan Sedih maupun Bahagia

13 Agustus 2014   20:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:38 113 3
Seumpama anak kecil yang menginginkan sesuatu,
maka ia mendatangi orang tuanya
kemudian meminta dengan caranya,
dengan merengek manja, mau pun menangis SEDIH,
berharap mendapat apa yang diinginkannya.


Bila diperoleh apa yang diinginkannya,
ia pun BAHAGIA, sehingga kebahagiaannya terfokus
pada apa yang telah diperolehnya,
sehingga TAK DIPENTINGKAN dan TAK DIPEDULIKANNYA lagi
orang tuanya, sehingga ia larut dalam kebahagiaan itu.


Bila seketika yang telah membuatnya bahagia itu
hilang atau rusak, ia kembali mendatangi orang tuanya,
dengan merengek manja, mau pun menangis sedih
berharap agar orangtuanya menghadirkan kembali
kebahagiaan yang hilang darinya.

Boleh jadi, seumpama itu pula manusia terhadap Tuhan-Nya.
"Datang" dengan sedih, "menjauh" ketika bahagia,
dan "datang" kembali bila kebahagiaan itu hilang darinya.

Tuhan itu mengkehendaki
agar manusia tiada berpaling dariNya,
baik dalam keadaan SEDIH maupun BAHAGIA.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun