Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Titian Hidup

20 Februari 2014   08:40 Diperbarui: 31 Oktober 2017   03:00 67 2

Bermula dari mimpinya tentang hidup seorang gadis desa yang merana karena cintanya yang dikianati oleh sang pujaan hati, Rini akhirnya terinspirasi untuk menulis Cerpen yang berjudul Keluguan Hati Yang Dikhianati. Iapun mengirimkan naskah Cerpennya kepada Mass Media paling top di tanah air. Naskah Cerpen itu akhirnya dimuat juga pada kolom sastera sebuah Media populer di tanah air sebagai Cerpen paling populer.

 Semenjak saat itu, nama Rinipun menjadi seperti bintang  yang tengah bersinar terang. Ia mulai digandrungi semua pencinta sastera Cerpen di mana-mana. Nama Rinipun menjadi buah bibir masyarakat pembacanya karena dalam Cerpen itu, ia mengeritik habis-habisan persoalan emansipasi wanita di tanah air yang meskipun sudah berulang-ulang didengungkan namun hasilnya masih jauh panggang dari api.

 Bagi gadis Rini, bermimpi dalam tidur di malam yang sunyi, bukanlah sebuah kesia-siaan utopis, mimpipun telah ikut serta menjadi titik pijak dalam meraih karier sebagai sastrawati, dalam mendulang pamor dan fulus. Alhasil, sebuah penerbit paling terkenal di Jakartapun meminta Rini menjadi penulis tunggal bagi usaha Penerbitan Sastra Cerpen. Segera setelah itu, akibat kesuksesan karier, Rini kini bukan lagi gadis desa yang hanya bermimpi tentang kemewahan, popularitas dan fulus. Rini dalam terpaan Industri penerbitan yang rapih, kini ia telah nyata menjadi Rini yang memiliki segalanya. Ia meninggalkan kesepihan desanya dan tinggal di kota Metropolitan dengan serba aneka pergulatan paling seru.

 Namun sebagai gadis desa yang alamiah, Rini memang tetap menghidupi kebiasaan orang-orang sedesanya di kota Metropolitan. Ia menyantap hidangan khas desa dan tetap berpikir bahwa situasi desa dengan budaya aslinya, tempat di mana ia lahir, besar dan membentuk kepribadiannya akan tetap setia menjadi pijakan kokoh dalam hidupnya hingga akhir menutup mata.

 Adalah Capung, sang pujaan hati yang telah dengan terus terang menyatakan cintanya kepada Rini, berjanji akan sehidup semati dalam mahligai perkawinan, telah ikut memberi warna paling bestari dalam kehidupan Rini di belantara Jakarta. Selain cintanya yang luhur, Rini juga mendapat warna kehidupan dan horison baru tentang dunia yang lebih luas melalui pergaulannya dengan Capung, seorang diplomat muda yang tengah naik pamor. Capung sang pujaan hati Rini, berjanji akan memboyongnya ke AS, tempat tugasnya segera setelah hari pernikahan keduanya.

 Hari pernikahan yang direncanakan itu memang benar-benar tiba. Pernikahan yang sederhana namun meriahpun telah terlaksana dengan khusuk dalam tata krama adat-istiadat yang kokoh bestari. Di hadapan penghulu dan sanak kerabat, kedua insan itu menjanjikan kesetiaan dalam tata acara pernikahan, saling melayani dan saling memberi demi rumah tangga yang sakinah.

 "Rien, adindaku, mulai saat ini kita telah resmi menjadi suami-isteri, kita akan berjalan bersama dan beriringan menjalani hidup ini dalam suka dan duka, tetap kuat dan tabah selalu" bisik Capung pada isterinya dengan hangat pada hari pernikahan itu. Ia menatap Rien dengan mesrah dan memberinya harapan bahwa cintanya akan tetap melekat pada Rini sampai kakek dan nenek.

 "Terima kasih masku, marilah kita saling menguatkan di kala kita sedang ditimpa aneka persoalan. Aku tetap di sisimu, " sahut Rini.

 Hari-hari indah bulan madu yang penuh kesan dilalui pasangan muda itu penuh keindahan. Namun beberapa hari kemudian pasangan itu harus berangkat jauh meninggalkan tanah air. Tugas negara memanggil Capung dan isterinya untuk segera berangkat ke negeri paman Sam, ke tempat pos kerja Capung sebagai diplomat.

 Rini, sang isteripun dibopongnya. Ia melunasi janjinya untuk membawa juga Rini ke AS. Rini, yang ialah seorang sastrawati bagi sebuah penerbitan sastra Cerpen, dengan penuh ketulusan telah meninggalkan dunianya, dunia tulis menulis, dunia karang-mengarang, dunia bahasa dan sastera cerpen, dunia yang membuatnya telah menemukan dan telah mewujudkan semua yang pernah dia impikan, dunia yang membuatnya menemukan Capung sang kekasih hati dan pujaannya yang kini sebagai suami tercintanya.

 Rini telah meninggalkan apa yang membuatnya menemukan arti kehidupan ini demi cintanya kepada Capung. Ia pergi sambil hanya menjinjing satu koper pakaian dengan beberapa buku tanpa naskah-naskah Cerpen hasil ciptaan semasa ia bersinar bagaikan bintang yang sedang "purnama". Ia telah meninggalkan dunia kecintaanya demi janji kesetiaannya semasa pernikahannya dengan Capung.

 Terlebih ialah bahwa Rini telah mulai meninggalkan kebiasaan adat desanya, makanannya, pola pikirnya, budaya dan pergi menyongsong sebuah pergaulan kelas atas dengan bahasa, pola pikir, makanan, pakaian, musim dan cuaca, gaya hidup dan aneka budaya baru yang sebelumnya begitu asing baginya. Ia merasa bahwa ia telah dan akan tercerabut dari sebuah kekuatan budaya yang telah menghidupi dirinya dan keluarga berabad-abad.

 Duapuluh tahun hidup di AS dan Eropa, berpindah-pindah dari satu apartemen ke apartemen lain membuatnya telah menemukan dunia yang menurut presepsi kaum paling beradab telah merupakan model sebuah kehidupan yang final dan ideal. Dalam dunia seperti itulah, dia membesarkan 3 orang putera buah cintanya dengan Capung, sang diplomat kawakan. Ia menyandang tugas mulia dari negara sebagai isteri Capung, yang telah menjadi seorang diplomat kawakan. Ia ikut menjadi pendekar negara bersama sang suami karena tugas negara, tugas kemanusiaan dan tugas demi peradaban bangsanya, dalam banyak hal telah ikut menempahnya dengan gemilang menjadi manusia internasional paling dikagumi. Bersama Capung, kemewahan, jaminan hidup dan ketenaran telah menjadi milik mereka.

 Masa pensiun pun tiba. Keluarga Capung memutuskan untuk menetap di sebuah desa nan indah di Italia Selatan. Di tempat itu, keluarga Capung tinggal dan mengisi masa pensiun dengan damai. Sampai pada suatu malam, Rini menemukan sang suami telah meninggal dunia tanpa diketahui dirinya dan anak-anaknya. Sang suami telah pergi ke alam baka akibat sebuah serangan jantung yang hebat. Rini memutuskan memakamkan sang suami di Italia juga.

 Selang berapa tahun kemudian, ia memutuskan untuk kembali pulang ke tanah air. Rini memutuskan menghabiskan masa tuanya di Jakarta, sedangkan ketiga puteranya tetap tinggal di Italia Selatan. Dalam kerinduan yang dalam, ia mendambakan kehidupan masa lampaunya. Ia mendambakan kehidupan desa yang aman, harmonis dan penuh kekeluargaan. Ia mendambakan kepopuleran yang pernah digapainya semasa muda, ketika ia dikenal sebagai seorang sastrawati yang sukses. Ia berharap menemukan kembali apa yang pernah dialaminya pada masa yang lampau. Namun kerinduannya tinggallah kerinduan. Ia memang telah kembali dan mendapati banyak hal seperti yang pernah dilihatnya ketika ia berada di desa dan tinggal di Jakarta sebagai sastrawati populer.

 Ia kini seperti seorang anak hilang yang memang telah kembali pulang, ia memang telah mendapati kembali keadaan yang pernah dialaminya, namun desa dan Jakartanya tidak seperti dahulu lagi. Desanya telah dirampasi oleh orang-orang laknat, ceroboh dan bejat dengan aneka eksploitasi alam yang menghancurkan. Dunia sastra dan tulis menulis yang pernah membesarkannya malahan masih penuh dengan banyak aktivitas pencurian dan perampokkan karya tulis. Dunia kini ternyata bukan suci bening lagi. Dunia kini penuh dengan perampokan yang berbau busuk. Baginya dunia kini sedang sakit berat dan ia selalu mendambakan pulihnya keberadaban, selalu, selalu,...

Rini sedang berada pada sebuah titian kehidupan nan kunjung usai sebab ia kini hidup dalam peradaban dunia yang mungkin sedang sakit jiwa dan mungkin ia akan terus saja - dalam waktu yang panjang - merasakan hidup di tengah bangsanya yang menderita akibat pekerjaan segelintir manusia yang karena "sakit jiwa" telah melakukan banyak kejahatan fatal bagi lingkungan dan kehidupan ini. Memang kehidupan bangsa ini, dengan semua dinamikanya merupakan sebuah proses panjang menuju tujuannya..

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun