Mohon tunggu...
uci ayu
uci ayu Mohon Tunggu... Novelis - penulis

mimpi yang membuatku bertahan mimpi menjadi penulis.......

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jika Aku Bukan Guru

29 Juli 2016   18:57 Diperbarui: 29 Juli 2016   19:07 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

“Bekalnya sudah dibawa, Nak”

“Aku titip di tas Ibu, ya. Kan kita berangkat bareng”

Kalimat ini membuat pagi seorang Ibu yang berprofesi sebagai guru di sebuah sekolah di Denpasar tampak murung. Kalimat ajakan dari sang anak tidak lantas direspon oleh sang Ibu. Ia menunggu waktu yang tepat untuk menjelaskan bahwa ia tidak bisa ikut serta mengatarkan anaknya ke sekolah di hari pertamanya memasuki gerbang masa depan itu. Telepon sang Ibu terus berdering. Ia tahu harus segera berangkat menuju sekolah, menyambut puluhan siswanya di hari pertama mereka sekolah. Namun, sampai detik keberangkatannya, ia belum menjelaskan ketidakmmampuannya ikut serta mengatar anaknya ke sekolah.

“Ayo, Bu. Nanti kesiangan”

Sang Ibu menghentikan langkahnya sambil membelai halus rambut putri satu-satunya itu.

“Maaf, Nak. Ayah juga Ibu tak bisa mengantarkanmu ke sekolah. Lihatlah surat ini”

Sepucuk surat resmi dari menteri pendidikan dibaca perlahan oleh anak itu. Sang anak membacanya berulang, dibolak-baliknya, diterawang lagi, sampai akhirnya ia menyatakan tanda tak mengerti.

“Kamu ke sekolah diantar Tante Yani, ya”

“Ibu, aku bisa menjelaskan semuanya di sekolah. Percayalah. Semuanya baik-baik saja”

Senyum sumringah sang anak sedikit menawar rasa khawatir sang Ibu. Guru adalah satu-satunya profesi yang tak bisa mengantarka anak kandungnya saat hari pertama sekolah. Ada tugas yang sama menatinya di kelas. Menyambut setiap siswa yang datang dengan ramah taman dan penuh suka cita. Memeluk mereka seolah memeluk anak dalam rahimnya dan memberi mereka semangat untuk hari pertamanya sekolah.

“Siapa yang menyemangati anakku? atau gurunya di sekolah apa mengerti dengan kondisiku atau bisa jadi gurunya di sekolah tak memperlakukan anakku demikian sama dengan apa yang kulakukan? “

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun