Sebagaimana analisa para teoretisi sosial yang meneliti Indonesia, Republik ini dikuasai oleh segelintir orang dengan kekuasaan yang sangat besar. Mereka adalah orang yang menguasai sumber daya ekonomi dan politik dalam satu tangan yang telah melewati beragam masa kepemimpinan.
Namun, kini tampaknya jejaring kekuasaan lama ini cukup terganggu dengan ulah anak kemarin sore yang menonjol dalam dunia perpolitikan Indonesia kontemporer. Oleh karena itu, berbagai cara berusaha dilakukan untuk menjatuhkan pemerintahan saat ini dengan cara yang cukup kotor.
Richard Robison dalam 'The Rise of Capital (1986)' sebuah buku ekonomi-politik klasik yang membahas Indonesia, menuliskan bahwa konsolidasi modal-kekuasaan politik dari segelintir orang itu mulai tumbuh seiring dengan semakin kuatnya rezim Orde Baru. Mereka tumbuh dam berkembang melalui perlindungan, konsesi dan sokongan politik kekuasaan Soeharto.
Lingkaran dekat dari Soeharto ini yang banyak menumpuk kekayaan melalui cara yang 'predatoris', yakni menggunakan sumber daya kekuasaan negara untuk akumulasi kekayaan individu. Sebuah ciri penting dari kekuasaan oligarki-kapitalis di Indonesia.
Dalam bahasa awamnya, 'kroni' Orde Baru inilah yang menguasai Indonesia. Mereka memegang kendali bisnis dan politik melalui penguasaan aparatus negara dan kekuatan koersif non-militer (baca: preman).
Beberapa ahli Indonesia, menyebut kekuasaan yang terbentuk pada masa itu lebih mirip dalam struktur oligarki. Mereka adalah segelintir orang yang menguasai sumber daya ekonomi-politik sangat besar melalui kekuasan negara. Selama 32 tahun mereka aman dalam perlindungan rezim politico-bussiness ini.
Pasca Orde Baru, tuntutan reformasi turut mengubah wajah politik Indonesia. Demokratisasi politik, desentralisasi kekuasaan, dan liberalisasi ekonomi menjadi wacana dominan untuk membawa perubahan pasca Soeharto. Namun, kenyataannya meski wajah rezim berubah, kekuatan sosial yang menguasai ekonomi-politik tidak pula bergeser.
Jejaring kekuasaan oligarkis ini tetap bertahan, melampaui krisis dan reformasi politik yang didorong oleh para aktivis pro-demokrasi. Mereka bertransformasi mengikuti perubahan politik dengan menguasai partai politik dan jabatan politik yang disediakan oleh sistem demokrasi.
Kita bisa menyimak cara para jejaring oligarki yang masih bagian dari kekuasaan Orde Baru bertahan dan menguasai kembali politik dalam buku 'Reorganizing Power in Indonesia: Reorganizing Power in Indonesia: The Politics of Oligarchy in Age of Market' (2003) karya Richard Robison dan Vedi R Hadiz.
Hingga saat ini, jejaring kekuasaan oligarki warisan dari Orde Baru ini masih bertahan. Mereka berusaha terus menguasai sumber daya ekonomi-politik melalui kaki tangannya di berbagai bidang. Kita bisa tunjuk hidung mereka dengan tanda yang dulunya bagian dari kekuasaan Orde Baru dan sekarang masih berusaha menguasai politik.
Namun kini para penyokong Orde Baru itu pusing dan khawatir dengan munculnya pemimpin baru yang bukan bagian dari mereka. Dia adalah Joko Widodo.Dia bukan bagian dari kekuasaan Orde Baru.