Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Penerbangan Perintis dengan Pesawat Buatan dalam Negeri

27 Januari 2023   19:40 Diperbarui: 27 Januari 2023   20:04 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesawat Indonesian Aerospace N-219 (foto:Kompas.com)

Menurut Wikipedia, PT. DI terakhir menerima pemesanan sebanyak 11 unit dari sebuah perusahaan di Indonesia sedangkan pemesanan sebelumnya dari beberapa maskapai dan Pemerintahan negara sahabat yaitu Thailand dengan total pemesanan sebanyak 120 unit per tahun 2019.

Tahap produksi sudah direncanakan mulai tahun 2019 dengan target awal production rate sebanyak 6 unit/tahun dan akan ditingkatkan hingga 36 unit/tahun. Ini berarti dibutuhkan kurang lebih 3-4 tahun untuk menyelesaikan semua pesanan yang telah diterima sebelumnya.

Namun ini dapat dipahami bila kita memahami bahwa dibutuhkan fasilitas tambahan untuk mengkonstruksi dan merakit pesawat terlebih dengan tingkat produksi yang telah dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pemesanian.

Tetapi kita juga perlu melihatnya dari sisi lain dimana penambahan fasilitas untuk mengkonstruksi dan merakit pesawat N-219 tidak hanya dapat meningkatkan tingkat produksinya saja namun juga menyerap banyak tenaga kerja di bidang kedirgantaraan.

Pesawat N-219 ini dapat menggantikan peran pesawat pesawat pada penerbangan perintis khususnya ke daerah daerah terpencil seperti di pegunungan yang landasan pacunya sangat pendek.

Pesawat ini hanya memerlukan 435 meter untuk lepas landas dan 509 meter untuk mendarat (Kompas.com 28/12/20) sedangkan untuk DHC-6 300 Twin Otter menurut aircharteradvisors.com memerlukan 366 meter untuk takeoff dan 320 meter untuk mendarat. Untuk kapasitas penumpang, kedua pesawat sama sama memiliki kapasitaa penumpang hingga 19 orang.

Sedangakan untuk harga tidak terlalu jauh perbedaannya dimana N-219 dipatok dengan harga USD 5,8 - 6 juta sedangkan DHC-6 300 dipatok USD 6,500,000 untuk produksi tahun 2022.

Inilah saatnya Indonesia membangkitkan industri kedirgantaraan nasional dan meningkatkan kebanggaan nasional dengan memenuhi kebutuhan pesawat di dalam negeri sendiri melalui salah satunya yaitu penerbangan perintis yang bertujuan untuk membuka isolasi di daerah daerah terpencil, tertinggal dan terluar.

Tiongkok sudah melakukannya dengan pesawat Comac C919 nya dan maskapai China Eastern Airlines sudah mulai menggunakannya untuk penerbangan domestik mereka di tahun 2022 yang lalu.

Kita memerlukan penerbangan perintis dimana salah satu tujuannya adalah agar harga bahan bahan kebutuhan sehari hari masyarakat di daerah terpencil, tertinggal dan terluar dapat merata, namun kita juga ingin melihat rute penerbangan perintis kelak menjadi penerbangan komersial berjadwal seperti lainnya sebagai salah satu tanda keberhasilan dari penerbangan perintis dalam meningkatkan perekonomiannya.

Kita sudah memiliki industrinya, kita sudah memiliki pasar dari domestik dan kita memiliki penerbangan perintis yang cocok menggunakan pesawat N-219, tinggal kini saatnya kita semua terutama para pemegang kebijakan perlu berada di sudut yang sama dalam melihat ini semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun