Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Antara Work from Home dan Jet Syndrome

20 Januari 2023   21:32 Diperbarui: 20 Januari 2023   21:36 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi WFH (foto:pixabay.com)

Dari sisi karyawan, ada baiknya juga perlu mengamati perkembangan dari pasar kerja dan juga perusahan perusahaan, karena pasar kerja hanya dapat seimbang ketika permintaan dari perusahaan dapat disediakan oleh para pencari pekerjaan.

Beberapa perusahaan juga dihadapkan oleh keadaan yang disebut sebagai "skill gap" yang menurut situs Forbes semakin melebar akibat pandemi, skill gap ini adalah keadaan dimana perusahaan banyak membutuhkan karyawan dengan skill yang mereka tetapkan, untuk mengisi gap tersebut perusahaan dapat meningkatkan skill karyawan nya sendiri (upskilling) atau dengan memperkerjakan karyawan baru.

Pada jaman serba teknologi, perusahaan akan semakin membutuhkan karyawan yang memiliki kualifikasi dan pengalaman dalam hal penguasaan teknologi sedangkan kualifikasi tidak hanya dalam hal edukasi formal tetapi juga keterampilan (skill).

Persaingan di pasar kerja akan semakin ketat untuk mendapatkan pekerjaan yang khususnya memerlukan skill tertentu, oleh karena itu karyawan perlu melengkapi dirinya dengan sklii tersebut.

Namun demikian semua kembali kepada kebijakan masing masing perusahaan sebagai pemberi kerja yang juga penyedia kerja di pasar kerja, serta pula masing masing individu yang memang akan selalu dihadapi persaingan dalam mendapatkan pekerjaan.

Penerapan WFH akan tergantung dari jenis perusahan dan scope of works pekerja, apabila penerapannya memang dapat memberikan dampak positif baik dari sisi perusahaan maupun karyawan mengapa tidak dilanjutkan. Apabila dampaknya dapat diminimalkan maka penyesuaian pun perlu dillakukan

World Economic Forum menyebutkan bahwa karyawan dengan usia muda justru tidak ingin menghabiskan waktu kerja mereka di rumah lebih dari dua atau tiga hari setiap minggunya karena mereka masih ingin menjalankan kehidupan sosial dan hubungan kerja (profesional) dengan lainnya.

Hal ini menandakan bahwa penerapan WFH dengan jumlah hari yang lama akan memgurangi waktu karyawan dalam menjalankan kehidupan sosial mereka dibandingkan jika berada di lingkungan kerja.

Apakah WFH hanya bersifat sementara seperti pada jet syndrome ataupun berlanjut, ini hanya lah satu dari  sekian banyak penyesuaian yang kita semua hadapi pasca pandemi dalam segala aspek kehidupan, dan apa pun itu sebutannya, apakah itu post -pandemic syndrome ataupun  the next normal.

Referensi :

  • mckinsey.com/featured-insights/coronavirus-leading-through-the-crisis/charting-the-path-to-the-next-normal/mind-the-skills-gap
  • forbes.com/sites/forbescommunicationscouncil/2020/12/03/the-pandemic-widened-the-skills-gap-and-the-tech-industry-must-step-up/?sh=13dfe0f660e8
  • weforum.org/agenda/2022/07/work-from-home-employers-workers-work-life/
  • thenationalnews.com/uae/2022/11/19/is-working-from-home-here-to-stay-in-the-post-pandemic-world/
  • mckinsey.com/featured-insights/future-of-work/the-future-of-work-after-covid-19

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun