Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Flight Shame, Gerakan Sosial Peduli Lingkungan Akibat Polusi Penerbangan

25 Agustus 2022   17:18 Diperbarui: 27 Agustus 2022   17:25 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerakan ini menjalar ke berbagai negara Eropa dan beberapa organisasi, perusahaan hingga universitas. Bagaimana dengan di Indonesia? (Freepik)

Mereka sudah menemukan jawaban dari tantangan tersebut dan kini sudah berada di jalur yang tepat walau masih memerlukan waktu penerapannya, baik secara internal industri aviasi itu sendiri maupun eksternal dengan mendapatkan keyakinan dari penggunanya yang berpindah ke moda transportasi lain.

Penerapan Sustainable Aviation Fuel di seluruh pesawat di industri aviasi adalah tekad bulat namun proses tersebut bukanlah proses membalikkan telapak tangan.

Gerakan sosial dan Pelarangan ini menimbulkan perdebatan, dimana salah satu pendapat diutarakan oleh seorang profesor dari Universitas Houston bernama Bren Brown.

Ben mengatakan, "Flight guilt is more productive than flight shame: Shame is a focus on self, guilt is a focus on behavior. Shame is, 'I am bad.' Guilt is, 'I did something bad".

Poin yang dia coba sampaikan adalah rasa bersalah jauh lebih produktif dengan menyadari kesalahan dan melakukan perbaikan.

Lalu, bagaimana dengan kita di Indonesia menanggapi gerakan dan pelarangan yang terjadi di beberapa negara di Eropa ini?

Ilustrasi Pelarangan dengan Pesawat (Gerd Altmann/pixabay.com)
Ilustrasi Pelarangan dengan Pesawat (Gerd Altmann/pixabay.com)

Pada dasarnya, perjalanan terdiri dari dua aspek yaitu waktu dan jarak dimana keduanya akan mempengaruhi efisiensi pada akhirnya.

Jika kita melakukan perjalanan dari Jakarta ke Yogyakarta dengan diberi pilihan menggunakan pesawat atau kereta api, pasti lebih banyak yang memilih pesawat karena alasan efisiensi.

Akan tetapi bila ada kereta api cepat seperti di Eropa mungkin gap antara yang memilih pesawat dan kereta api akan berkurang pula walau jumlah pengguna mungkin masih mendominasi.

Namun demikian gerakan sosial tersebut sangat positif bagi kelangsungan kehidupan umat manusia di bumi ini dan sudah seharusnya kita mendukung tujuannya namun tidak pada caranya dengan pembatasan ataupun pelarangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun