Mohon tunggu...
Kokkaukah
Kokkaukah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Official Account of Kokkaukah

Pionir Kaukah Premium - WA : +62 857 0725 2018

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mengenal Kayu Kaukah yang Sebenarnya

6 Juni 2019   17:37 Diperbarui: 27 Mei 2021   11:29 6027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disclaimer

Jurnal ini memiliki hak cipta yang diatur oleh undang-undang yang berlaku. Penulis memberikan kebebasan bagi khalayak umum untuk mengutip atau menyebarluaskan jurnal ini dengan menyertakan sumber tulisan terkait. Hubungi Kokkaukah (0857-0725-2018) jika ingin menggunakan jurnal ini sebagai komersial. Penggunaan jurnal secara komersial tanpa memberikan informasi sumber terkait akan di proses secara hukum menurut undang-undang yang berlaku.

Pengantar

Jurnal ini merupakan sebuah informasi mengenai Kayu Kaukah yang kami tujukan untuk menambah pengetahuan bagi masyarakat luas, khususnya para pembaca, teman-teman pedagang, pembeli, dan pelanggan setia Kokkaukah. Jurnal ini kami buat berdasarkan pada hasil pengumpulan data yang valid dan reliabel, serta hasil dari kesimpulan dan pendapat tim Kokkaukah sendiri mengenai Kayu Kaukah dengan menggunakan metode penelitian action research. Harapan kami, semoga jurnal ini dapat dijadikan sebagai sebuah acuan dan/atau rujukan bagi masyarakat luas mengenai fakta-fakta konkrit Kayu Kaukah yang sebenarnya.

Kayu Kaukah

Kayu Kaukah (bahasa inggris : kokka wood) merupakan sebuah jenis kayu yang digunakan sebagai material dalam pembuatan aksesoris, seperti gelang, tasbih, cincin, dan pernak-pernik berbahan kayu lainnya. Kayu Kaukah berasal dari 2 (dua) jenis tanaman yang berbeda, yaitu Pohon Baobab (bahasa latin : Adansonia digitata L.) dan Pohon Palem Piassava (bahasa latin : Attalea funifera) yang lazim dikenal sebagai Kelapa Arab atau Coquilla Nut. Warna yang dihasilkan oleh Kayu Kaukah untuk aksesoris sangatlah beragam, ada yang berwarna merah gelap, coklat, coklat kekuning-kuningan, dan hitam. Wanginya pun sangat khas, serta dipercaya sebagai kayu yang memiliki kualitas cukup baik.

Pohon Baobab

Baobab di Afrika (Foto : greennutritionals.com.au)
Baobab di Afrika (Foto : greennutritionals.com.au)
Pohon Baobab merupakan spesies tanaman asli Afrika dan Australia. Tinggi Pohon Baobab ini berkisar antara 5 hingga 25 meter. Untuk dapat bertahan dalam kondisi lingkungan sekitar, Pohon Baobab dapat menyimpan cadangan air lebih dari 12.000 liter. Hal inilah yang menyebabkan Pohon Baobab dapat hidup hingga ratusan tahun. Buah yang dihasilkan oleh Baobab pun ternyata mengandung vitamin C yang tinggi: 100 gram buah Baobab mengandung hingga 500 miligram vitamin C. Jumlahnya 10 kali lipat lebih banyak dari sebuah jeruk yang jumlahnya sama.

Baobab di Indonesia

Pohon Baobab saat di tanam di UI Depok (Foto : Devie Rahmawati)
Pohon Baobab saat di tanam di UI Depok (Foto : Devie Rahmawati)
Masyarakat Indonesia mengenal Pohon Baobab ini sebagai Asem Buto atau Ki Tambleg. Diduga pohon ini masuk ke Indonesia saat perdagangan laut melalui pedagang Timur Tengah. Pohon Baobab dapat juga kita temui di wilayah Subang, Jawa Barat. Namun sejak tahun 2010, sekitar 10 Pohon Baobab yang berada di Subang telah di konservasi dan dipindahkan ke halaman rektorat Universitas Indonesia. Pohon ini juga dirawat di Kebun Raya Bogor, dan salah satunya juga ada yang di tempatkan di Waduk Ria Rio, DKI Jakarta.

Baobab dan Pemanfaatannya

Dalam budaya Afrika, Buah Baobab yang dikenal juga sebagai "superfruit" ini telah berabad-abad digunakan sebagai pengobatan, seperti untuk mengobati malaria, masalah lambung, dan sebagai suplemen kalsium untuk wanita hamil. Pemanfaatan buah/bijinya juga dilakukan dalam pembuatan Kayu Kaukah. Warnanya yang mengkilat, dengan biji yang keras serta bertekstur halus dianggap sebagai material yang tepat untuk pembuatan Kayu Kaukah.

Namun, terbatasnya Pohon Baobab ini menjadikannya sebagai material yang sulit untuk dimanfaatkan sebagai bahan utama dalam pembuatan Kayu Kaukah, terlebih di Indonesia hanya ada beberapa saja Pohon Baobab yang masih kokoh berdiri. Sehingga saat ini sulit sekali di temukan Kayu Kaukah yang berbahan dasar Pohon Baobab.

Pohon Palem Piassava

Pohon Palem Piassava (Foto : Jason Schoneman)
Pohon Palem Piassava (Foto : Jason Schoneman)
Pohon Palem Piassava (bahasa latin : Attalea funifera) yang lazim dikenal sebagai Bahia Piassava, Kelapa Arab atau Coquilla Nut ini merupakan spesies tanaman asli dari hutan tropis yang berada di sepanjang pantai timur laut Brasil. Tepatnya, Piassava ini dapat kita temui dari Kota Salvador hingga ke bagian selatan Porto Seguro, Brasil. Tingginya berkisar antara 12 hingga 15 meter dengan daun yang panjangnya bisa mencapai 12 meter.

Masyarakat Indonesia lebih mengenal tanaman ini dengan sebutan nama Kelapa Arab. Hal ini dikarenakan pemanfaatan Pohon Palem Piassava di Indonesia didapatkan dari hasil impor negara-negara Arab, yang mana negara-negara Arab ini pun pada awalnya mendapatkan Piassava dari hasil impor dimana Pohon Palem Piassava tumbuh, yaitu Brasil. Namun, saat ini negara-negara Arab sedang mencoba mengembangkan industri pertanian Pohon Palem Piassava, ini dilakukan untuk memenuhi banyaknya permintaan pada pasar ekspor di seluruh dunia.   

Pohon Palem Piassava dan Pemanfaatannya

Serat Palem Piassava (Foto : Mauricio Caixeta)
Serat Palem Piassava (Foto : Mauricio Caixeta)
Sama seperti jenis Pohon Palem lainnya, Piassava/Coquilla Nut ini mempunyai batang yang bertekstur kasar dan serat yang kuat. Pemanfaatan seratnya dilakukan untuk membuat tali, alas, dan sikat. Bahkan buah dan bijinya dimanfaatkan minyaknya untuk meminyaki arloji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun