Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenang Artidjo, Lewat Kios Koran di Bawah Pohon Talok

2 Maret 2021   22:20 Diperbarui: 3 Maret 2021   07:41 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di bawah pohon talok, kios koran itu dulu berada (foto:ko in)

Walau industri informasi mulai bergeser dari media cetak ke media elektronik. Kebiasaan membeli surat kabar tidak bergeser dan masih dilakukan oleh mantan Hakim Agung ini, saat pulang ke Yogya.

Berita meninggalnya Artidjo di halaman satu (foto:ko in)
Berita meninggalnya Artidjo di halaman satu (foto:ko in)
Reuni kecil-kecilan antara penjual dan pembeli. Pelanggan dan penjaja koran. Senin siang itu (1 Maret) antara saya  Murtini terasa hangat, disatukan oleh kenangan akan sikap dan sifat rendah hati, Artidjo Alkostar. Kami seperti dua orang yang belum bisa merelakan "kepulangannya".

Manakala booming media cetak, Artidjo setiap hari membeli berbagai surat kabar terbitan lokal atau nasional. Murtini sempat heran, "Kapan bapak membacanya ?" tanyanya dalam hati saat itu, sambil mengenang hal-hal yang unik dan mengesankan dari sosok yang berperawakan kurus. 

"Terkadang Bapak, sore mampir sambil menyodorkan daftar surat kabar yang besok dibelinya." Kenang Murtini terhadap sosok Artidjo, manakala masih aktif di LBH Yogya. 

Kantor LBH Yogya dulu (foto: ko in)
Kantor LBH Yogya dulu (foto: ko in)
Kelebihan lain Artidjo adalah tulisan opininya kerap dimuat di berbagai surat kabar lokal ataupun nasional. Sebut saja salah satunya Kompas. Sebelum wartawan menjadikannya sumber berita. Artidjo sudah kerap menyampaikan pemikiran atau gagasan lewat tulisan opini di surat kabar. Terkait persoalan hukum.

Sebelum pergeseran minat orang membaca dari surat kabar ke gadget. Sudah jarang tulisan-tulisannya ditemukan di halaman opini surat kabar. Kemungkinan besar karena kesibukan pekerjaan yang menyita pikiran. Kemungkinan lain jabatan publik yang disandang, membatasi dirinya untuk tidak banyak menunjukkan opini atau pemikiran pribadi di surat kabar. Boleh jadi Artidjo menjaga etika profesi.

Tetapi gantian para wartawan tidak jarang memperoleh berita menarik dari sepak terjang Artidjo Alkostar sebagai Hakim Agung yang memberi keputusan dan pernyataan berbeda dengan hakim lainnya atau dissenting opinion dalam menangani beberapa kasus besar di Mahkamah Agung. Atau putusannya yang memperberat hukuman bagi para koruptor.

foto: ko in
foto: ko in
Akhir bulan Februari di hari Minggu, media online dan media sosial, mengangkat berita tentang meninggalnya Artidjo Alkostar. Hari Senin tanggal awal bulan Maret, media mainstream menulis tentang meninggalnya Artidjo Alkostar di halaman pertama. 

Saya mencoba mengenangnya dengan cara mengunjungi kios koran, langganan almarhum yang dulu banyak menjajakan berbagai macam surat kabar dari koran, tabloid dan majalah.

Kiosnya kecil, sekali lagi kios ini dulu terletak tepat di bawah pohon talok yang berdiri di pinggir jalan dan persis dipinggir sungai kecil. Kios yang sudah berusia 30 tahun dan mungkin pohon talok lebih tua umurnya. Kini ditinggal salah satu pelanggan setianya, Artidjo Alkostar.

Di bawah pohon talok ini, kios koran dulu berada (foto:ko in)
Di bawah pohon talok ini, kios koran dulu berada (foto:ko in)
Murtini pemilik kios koran, menyampaikan kalau kios itu juga akan dipindah alias dibawa pulang ke rumah. Sebab keberadaannya dirasa menganggu aktivitas jualan, salah satu anak Murtini yang berjualan minuman dari susu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun