Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Satu, Dua Minggu Pertama Beri Gratis

21 Oktober 2020   11:40 Diperbarui: 21 Oktober 2020   16:29 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua rasa Dawet Kami (foto: Ko In)

Menyimak pertanyaan blogger (foto: Ko In)
Menyimak pertanyaan blogger (foto: Ko In)
Dawet Kani yang dirintis keluarga Danial cukup populer di Pasar Kliwon Kudus. Kini Danial mencoba mencari peruntungan dengan menjualnya di Yogya. Satu-satunya Dawet Kani di Yogya berada di Jl. Kaliurang Km 10, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

Alasan memilih tempat tersebut karena ramai. Mengingat Jl. Kaliurang merupakan salah satu jalan yang cukup populer dan salah satu akses utama warga kota Yogya dan Sleman. Selain karena juga dekat dengan tempat tinggal Danial, jelasnya sambil tersenyum.

Mengusung dawet yang rasanya manis dan gurih sebagai pembeda dari dawet lainnya. Danial optimis dawetnya mampu bersaing dengan dawet-dawet lain, yang sudah hadir terlebih dahulu di Yogya.

Manakala saya mengunjungi tempat berjualannya, di pinggir jalan yang cukup ramai oleh lalu lalang kendaraan. Jl. Kaliurang salah satu akses jalan yang cukup ramai di Yogyakarta, khususnya kawasan Utara. Persiapansedang dilakukan oleh Danial, diantaranya memindahkan air santan. Atau menempatkan cairan framboz dan air gula, juga es batu termasuk kani atau kanil.

Sibuk (foto: Ko In)
Sibuk (foto: Ko In)
Cendol yang dibuat dari tepung aren bukan tepung beras, sebagaimana dawet lainnya. Ini letak perbedaan pertama, yang kedua pada santannya. Terdiri dari dua jenis. Kental dan encer. Ini yang menjadi ciri khas dari dawet Kani dibandingkan dawet lainnya.

 Dawet Kani khas kota Kudus dibawa ke Jogja oleh Danial selain ingin memperkenalkan kuliner khas kotanya Kudus. Juga mencoba peruntungan untuk menembak pencinta kuliner asli Nusantara di Yogyakarta karena masyarakat Yogya terkenal merakyat sehingga segmen yang dibidik menengah ke bawah diantaranya klas mahasiswa.

"Dawet menjadi teman nongkrong mahasiswa sambil ngobrol tentang banyak hal ditambah jajanan tradisional lainnya," jelas Danial mencoba memaparkan konsep usahanya ke depan.

Danial turun tangan langsung layani pembeli (foto : Ko In)
Danial turun tangan langsung layani pembeli (foto : Ko In)
Setelah beberapa hari bagi-bagi gratis dawet, Danial memberikan promo harga dawetnya selama bulan Oktober. Rp 6 ribu untuk satu cup Dawet Kani rasa apa saja.

Saat disinggung terkait dengan persaingan minuman Boba yang menjamur di mall-mall. Danial tidak khawatir karena dawetnya dibuat dari bahan alami yang higienis namun tidak tahan lama. Akibatnya jika dawetnya tidak habis atau tidak laku maka dibuang. Esok hari buat yang baru sehingga setiap hari dawet Kani selalu fresh.

Danial tidak mengelak jika remaja saat ini suka minuman manis seperti Bobba. Namun Danial mengingatkan minuman tersebut mengandung banyak pengawet sehingga tahan lama. Apalagi jika terlalu sering mengkonsumsi hal ini akan memberi  efek tidak baik ke tubuh.

"Beda dengan dawet yang dibuat dari bahan alami semua. Jika Dawet Kani kami masih sisa dalam satu hari, berapa pun banyaknya akan dibuang," jelas Danial mantap. Hal itu selain untuk menjaga selera juga menjaga kepedulian kesehatan pelanggan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun