Seorang ibu mengungkapkan kekhawatiran atau keresahannya dengan keberadaan rokok elektrik atau yang lebih dikenal dengan vape. Salah satu alasannya karena alat tersebut saat ini bentuknya bermacam-macam, ukurannya kecil bahkan ada yang menyerupai ballpoint. Sehingga jika disalah gunakan akan memberi dampak yang tidak baik bagi anak-anak.
Keresahan tersebut disampaikan oleh seorang ibu yang anaknya masih duduk di bangku SMP. Salah satu teman anaknya kedapatan membawa vape. Kemudian membujuk teman-temannya termasuk adik kelasnya untuk mencoba menghisap vape yang mengeluarkan aroma harum.
Ini terungkap dalam workshop Pengurangan Bahaya Tembakau dan Upaya Berhenti Merokok Dalam Perspektif Farmasi dan Kesehatan Publik, akhir pekan (9/11/2019). Masih dalam rangka pertemuan Asian Young Pharmacists Group (AYPG) Leadership Summits 2019 yang digelar oleh KABAR (Koalisi Indonesia Bebas TAR) di Yogyakarta.
Kekhawatiran tersebut wajar karena alat tersebut dibuat untuk membantu para perokok yang ingin berhenti atau mengurangi kebiasaan merokok. Sehingga di dalam alat tersebut masih terdapat kandungan nikotin walau jumlah atau kadarnya jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan rokok berbahan dasar utama tembakau.
Namun vape atau rokok elektrik tersebut disalah gunakan oleh anak-anak yang notabene usianya belum 17 tahun. Kekhawatiran orang tua beralasan dengan adanya vape sebab dalam alat tersebut ada yang mengandung nikotin. Sedikit atau banyaknya kadar nikotin dapat diatur sesuai keinginan pengguna.
Sang emak. Eh, sang ibu. Dalam workshop yang lebih banyak dihadiri perempuan. Berharap pemerintah mengeluarkan aturan atau regulasi terkait dengan penggunaan vape. Hal tersebut terkait penyalahgunaan vape oleh anak-anak. Apalagi ada zat nikotin dalam vape. Walau kandungan nikotin dapat diatur sesuai keinginan pemakai. Jumlahnya pun tidak sebanyak di rokok kretek atau rokok filter.
Namun jika anak-anak sampai menggunakan ada kekhawatiran dapat menggangu kesehatan dan bukannya tidak mungkin adiktif terhadap nikotin. Padahal tujuan awal alat ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap nikotin dengan mengurangi jumlah kadar nikotin yang dihisap oleh pecandu rokok. Dalam usahanya untuk mengurangi ketergantungan terhadap nikotin atau berhenti sama sekali dari membakar tembakau lewat aktivitas merokok.
Nikotin inhaler dan permen karet nikotin, produk tersebut dibuat untuk mengurangi ketergantungan terhadap nikotin lewat membakar tembakau atau merokok. Membakar tembakau akan menghasilkan TAR.
TAR, ketik kata tersebut di mesin pencari makan akan muncul banyak penjelasan yang dapat mendukung pemahaman lebih jauh tentang bahaya TAR buat tubuh.
Dalam sesinya Dr. Amaliya dari Universitas Padjadjaran Bandung menjelaskan dimana sebagian masyarakat masih mempercayai zat yang paling berbahaya dari rokok yang dibakar adalah nikotin.
"Padahal itu salah," tegasnya. Amaliya menambahkan berdasarkan hasil penelitian komponen yang memicu penyakit paru-paru, kanker dan jantung diakibatkan oleh hasil pembakaran tembakau lewat merokok yang dikenal dengan TAR.
Namun Ardini dengan tegas mengatakan penyebab utama penyakit berbahaya terkait rokok justru terletak pada TAR yang mengandung berbagai senyawa karsinogenik yang memicu terjadinya sakit kanker.
Maka keberadaan rokok elektrik menjadi salah satu cara yang saat ini dinilai lebih efektif dalam upaya menghindari ketergantungan terhadap nikotin dan terlebih menghindari munculnya TAR akibat proses pembakaran tembakau.Â
Sebab vape atau rokok elektrik berisi cairan yang terbuat dari ekstrak tembakau kemudian dicampur dengan beberapa bahan termasuk perasa, pewarna dan bahan kimia lainnya.
Mifta salah seorang perokok elektrik yang saya temui disela acara workshop tersebut mengakui badannya terasa lebih sehat dibandingkan saat masih merokok dengan rokok tembakau bakar. Entah itu jenis rokok kretek atau filter. Cara bernafasnya pun terasa lebih lapang. Bahkan secara keseluruhan biaya untuk membeli rokok elektrik lebih murah 20 sampai 30 persen jika dibandingkan dengan rokok tembakau.
Maka sangat memperhatikan manakala jumlah perokok di negara maju semakin menurun tetapi jumlah perokok di Indonesia malah semakin meningkat.
Dari obrolan, kami sempat berandai-andai apakah mungkin sosialisasi atau edukasi kepada perokok tembakau yang belum maksimal. Atau karena perokok menilai alat rokok elektrik mahal. Padahal menurut pengalaman Mifta rokok elektrik jatuhnya harga lebih murah dan lebih sehat dibandingkan rokok bakar tembakau.
Apakah pengalaman tersebut yang mendorongnya bergabung dalam KABAR (Koalisi Indonesia Bebas TAR). Koalisi berisi orang-orang dari berbagai macam profesi yang memiliki kepedulian akan kesehatan. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang berprofesi di bidang medis seperti dokter, apoteker, tenaga kesehatan lain dan tidak sedikit yang berprofesi sebagai lawyer atau pengacara.
Karena masih ada sebagian orang di negeri ini yang peduli akan kesehatan sesama. Pisau itu memang bermata dua. Semoga vape atau rokok elektrik tidak demikian.