Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Baju Batik Tulisku yang Pertama

6 Oktober 2019   14:58 Diperbarui: 6 Oktober 2019   17:41 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semua pakai batik (sumber:dok pribadi)

Sesampainya di kelas membatik semua memang serba baru. Dari canting, kain mori, bahkan wajan kecil terlihat juga masih baru serta beberapa perlengkapan lainnya.

Tibalah giliran untuk praktik membatik. Duduk dengan penuh keyakinan membatik itu mudah seperti yang terlihat dalam foto, gambar atau video bagaimana ibu-ibu membatik. Dari gaya, cara duduk, memegang canting, meniup ujung canting sudah saya pelajari dari rumah. Dan saya lihat lagi penuh seksama di kelas.

Saat membatik dengan cairan malam yang panas ke atas kain mori.  Teriakan pendek walau tidak begitu keras "Waaaa......". Membuat peserta dan mentor kelas batik menengok ke arah saya kaget tetapi dengan cepat berubah jadi tawa geli.

Seharusnya saya membuat garis tipis dan kecil sesuai gambar yang ada, hasilnya bukan seperti garis tetapi lebih menyerupai ulat. Batikan "ulat" merupakan batikan pertama saya, walau gagal saya tidak menyerah. Kali ini dengan mengganti canting, siapa tahu dengan lubang ujungnya yang lebih kecil dapat menghasilkan batik seperti yang diinginkan.

Mencoba batik cap (sumber: dokpri)
Mencoba batik cap (sumber: dokpri)

Saya coba menulis nama saya "ko in" dan tahun "2017" di atas selembar kain putih ternyata tidak mudah. Saat menyadari membatik itu tidak mudah, saya dikejutkan oleh suara pendek "Waaaaa....." dari peserta kelas batik lainnya yang membuat suasana membatik ramai dengan canda. Tidak seperti di video atau film yang memperlihatkan ibu-ibu atau simbah-simbah serius dan tekun membatik lainnya. Tanpa bersuara seperti kami.

Ibu-ibu tekun membatik (Sumber: dok pri)
Ibu-ibu tekun membatik (Sumber: dok pri)

Menulis nama sendiri ternyata juga tidak mudah. Kemudian mentor meminta kami untuk membawa kain hasil batikan ke tempat proses pembuatan batik cap.

Begitu terhiburnya manakala batikan saya diperindah hasilnya dengan batik cap. Sehingga karya batik saya terlihat tidak jelek-jelek amat walau mungkin menurut mentor, saya harus remidi di kunjungan berikutnya. No waaaa. Eh, no waylah yauuu.........

Tak terasa tepat dua tahun saya belajar membatik untuk pertama kali waktu itu. Saya pandangi baju batik tulis pertama saya, yang umurnya lebih tua dari anak pertama saya. Warnanya dominan coklat dan ada gambar burung. Entah siapa yang membatiknya saya tidak tahu.

Ibu-ibu tekun membatik (Sumber: dok pri)
Ibu-ibu tekun membatik (Sumber: dok pri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun