Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Maaf, Pemberani Itu Bukan Demonstran atau Pelajar

28 September 2019   11:49 Diperbarui: 30 September 2019   07:46 4772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkait kenaikan harga rokok eceran 35 persen, akibat kenaikan tarif cukai rokok 23 persen. Citra dan Yadi memiliki jawaban yang berbeda dalam menyikapi walau mereka mengetahui dampak dari kebiasaan merokok. Dan tujuan pemerintah menaikkan pitai cukai rokok, salah satunya menjaga kesehatan masyarakat.

(foto: radar Bogor)
(foto: radar Bogor)

Citra mempunyai solusi yang mudah. Caranya mencari merek rokok lain, yang harganya lebih murah. Sementara Yadi tetap dengan rokok favorit walau konsumsi perharinya dikurangi. Namun yang unik adalah jawaban Citra, manakala tidak memiliki uang. Dirinya tidak malu untuk hutang di warung-warung langganannya demi beberapa batang rokok.

"Kalau aku malu," tanggap Yadi. Cara Yadi memenuhi kebutuhan rokok yang tidak dapat ditunda hanya karena tidak memiliki uang. Yadi mengatasi dengan menentukan teman yang akan dikunjungi. Bukan untuk meminjam uang tetapi ke teman yang perokok karena hampir pasti akan mendapat tawaran rokok. Demi sebatang rokok orang memang banyak akal.

Menikmati rokok (foto:ko in)
Menikmati rokok (foto:ko in)
Tetapi mengapa rokok membuat sebagian orang tidak panjang akal untuk menghindari atau menjauhinya demi kesehatan jantungnya? Apa daya tariknya? Apakah ancaman terkena penyakit jantung, kanker, paru-paru tidak cukup membuat mereka takut? 

Apa yang membuat orang-orang jadi pemberani dalam menjemput maut? Atau menjadi orang yang konyol menjemput kematian dengan derita dan rasa sakit? Atau mati mendadak tanpa meninggalkan kata-kata perpisahan dan permintaan maaf ?

Kemana rasa eman terhadap jantung kehidupan sekaligus simbol kasih dan sayang. Jantung memang tidak seperti gambar hati. Berbentuk hati seperti daun waru, berwarna pink. Atau berani jujur seperti Indro Warkop bahwa merokok adalah kebodohan besar dalam hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun