Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

29 Tahun Lalu Satu Matanya Buta, Saat Itu Dia Bergumul untuk Jadi Juara Sejati

13 September 2019   13:50 Diperbarui: 14 September 2019   20:26 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemenangan atau prestasi dalam dunia olahraga itu tujuan. Namun menjadi juara atau pemenang itu hanya dinikmati saat berada di atas podium. Waktunya tidak lama, untuk mencapainya butuh latihan dan harus mengalahkan lawan-lawan.

Podium pertama, kedua dan ketiga pernah dicicipinya saat berlaga sebagai petarung dalam olahraga tinju tingkat nasional atau internasional. Kini arena pertandingan yang dijalaninya adalah jalanan. Bukan lagi sebagai atlit tinju tetapi penjaga atau petugas parkir depan sebuah toko di salah satu ruas di pinggir Jln. Diponegoro Yogyakarta.

Dari jauh saya melihatnya masih memberi aba-aba pada pengemudi mobil jenis sedan. Dengan cekatan dia mengarahkan pengemudi untuk mundur pelan-pelan sambil mengawasi kendaraan dari arah belakang. Sesekali peluitnya berbunyi, "Prittt...., Prittt....." untuk menarik perhatian pengendara lain supaya berhati-hati atau berjalan pelan.

Pri mengatur mobil (foto:ko in)
Pri mengatur mobil (foto:ko in)
Siang itu di jalan tidak jauh dari Tugu Yogyakarta, matahari bersinar sangat terik. Sinarnya yang memantul dari aspal jalan, cukup menyilaukan mata. Tetapi bagi Supriyono panas adalah kawan maka tidak heran jika pekerjaan itu dilakukan dengan sepenuh hati dan penuh gembira.

Kesan itu yang saya tangkap saat menunggunya di pinggir jalan, di atas trotoar yang teduh. Badannya masih kelihatan atletis walau usianya sudah paruh baya. Dia kurang menyadari kehadiran saya karena mungkin dianggapnya seperti pelanggan toko lainnya, yang datang dan pergi.

Membantu pemilik motor (foto:ko in)
Membantu pemilik motor (foto:ko in)
Saat saya sapa, "Pak Pri.......". Dia menjawab singkat, "Iya...," sambil senyum dengan tatapan penuh tanda tanya. Tapi itu tidak mengurangi keramahannya, saat bertemu dengan orang yang baru pertama kali dijumpai.

Mungkin sebagai penjaga parkir adalah tuntutan profesi untuk selalu bersikap ramah kepada siapa saja. Walau tidak jarang diantara kita yang pasang muka tanpa ekspresi bahkan pelit mengucapkan terimakasih kepada petugas parkir.

Siapa sangka dibalik atribut petugas parkir, ada sosok yang pernah memberi prestasi bagi negeri ini lewat kepalan tangannya dalam olahraga tinju di tahun 80an. Berbagai kejuaraan dari tingkat daerah, nasional dan internasional pernah dia rasakan.

Hasilnya, dia taklukkan atlit tinju dari Malaysia dan Nepal serta negara peserta lainnya dalam ajang Anniversary Cup di Jakarta. Sayangnya difinal, Supriyono atlit tinju dari Yogyakarta kalah dari petinju Thailand.

Berlatih di sasana Keparakan Lor (foto:ko in)
Berlatih di sasana Keparakan Lor (foto:ko in)
Tetapi di kejuaraan tinju berlabel Asahan Trophy Cup, Pri berhasil membawa pulang medali emas, bahkan sampai dua tahun berturut-turut. Gelar petinju terbaik pun melekat pada dirinya setelah pada pertandingan di gelaran pertandingan tersebut dia berhasil mengalahkan musuh-musuhnya seperti dari Malaysia dan Perancis.

Obrolan saya dengan Pri berlangsung di emperan salah satu toko, dia sudah siap disana dari pukul 08:00 sampai 16:00. Sesekali obrolan berhenti karena ada pengunjung toko yang datang dan pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun