Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Namanya Tanjung, Wangi dan Usia Bisa Sampai 100 Tahun

13 Agustus 2019   23:28 Diperbarui: 13 Agustus 2019   23:49 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama kali aku datang, jalan-jalan kota ini menyapaku ramah dengan kerindangan. Pohon di kanan kiri jalan seperti memayungiku dari sengatan sinar matahari, saat aku telusuri trotoar. Sayup-sayup aku dengar canda burung dengan suaranya yang riuh. Beberapa diantaranya berkejar-kejaran dengan terbang berpindah dari pohon satu ke pohon lainnya.

Jalan kaki di salah satu kawasan kota,  yang teduh oleh pohon, sungguh terasa menyenangkan. Apalagi ditemani beberapa  pohon yang sebenarnya tidak terlalu besar namun tingginya dapat mencapai lebih dari lima belas meter. Bahkan usianya dapat mencapai seratus tahun.  Untuk memeluknya, bisa dilakukan sendiri. Tetapi terkadang butuh satu orang lagi.

Saat aku sampai di kota ini, pohon-pohon tersebut sudah besar. Memberi keteduhan suasana sepanjang jalan. Pohonnya berdiri rapi dan jaraknya teratur. Selalu menyapa ramah saat aku lewat didekatnya, dengan menebar bau wangi dari bunga diantara pucuk-pucuk dahan. Pagi hari, wanginya dapat tercium dari jauh. Ketika berjalan melewatinya menuju tempat pemberhentian bus kota, yang akan mengantarku ke kampus.

Pohon Tanjung di Jl.Atmo Sukarto (foto:Ko In)
Pohon Tanjung di Jl.Atmo Sukarto (foto:Ko In)
Siang hari, pohon-pohon ini seolah ingin mengajak aku berkenalan lewat bantuan tiupan angin yang menerbangkan daunnya mengenai tubuhku, seperti colekan. Atau ingin mengajakku bermain dengan menjatuhkan buahnya yang berwarna kuning atau merah tepat di kepala. Mungkin karena hafal setiap hari aku melewatinya. Baru beberapa langkah sesaat setelah turun dari bus kota.

Terkadang merasa sayang melihat buah pohon jatuh di jalan kemudian dilindas beraneka macam kendaraan. Membuat aspal yang berwarna hitam penuh dengan noktah-noktah kuning dan merah...

Pohon Tanjung sbg pemisah jalur (foto:Ko In)
Pohon Tanjung sbg pemisah jalur (foto:Ko In)

Dikota ini, pohon tanjung memberi aku pelajaran bagaimana menghargai lingkungan dengan segala mahluk hidupnya. Belajar dari pohon tanjung yang lebih dahulu hadir di kota ini, tentang pentingnya arti keteduhan dan kesehatan bagi sebuah kota. Agar burung dan manusia seperti aku, betah dan kerasan untuk tinggal di kota ini .

Ingin sejenak melepas kepenatan dan kesibukan dengan duduk di bawah pohon Tanjung, menghirup oksigen yang dikeluarkan supaya segar pikiran. Setelah cukup, dapat meneruskan aktivitas dengan tubuh yang terasa segar karena telah mendapatkan suplai oksigen yang cukup darinya. Tentu tidak lupa sambil menyegarkan tenggorokan dengan es jaipong.

Ada juga pohon beringin (foto: Ko In)
Ada juga pohon beringin (foto: Ko In)
Aku suka pulang berjalan kaki usai dari kampus atau rumah rekan dengan ditemani pohon-pohon tanjung, yang membelah jalan. Pohon-pohon yang sekaligus berfungsi sebagai pemisah jalan, jalur kiri dan kanan. Kata orang Eropa, jenis jalan itu disebut boulevard.

Jadi teringat lagu lawas yang berjudul sama, Boulevard. Apakah lagu itu terinspirasi dari keindahan lingkungan boulevard atau di boulevard ada cerita yang sentimentil dari pengarangnya Dan Byrd. Ah, entahlah. I don't know.

I don't know why / You said goodbye / Just let me know you didn't go / Forever my love / Please tell me why / You make me cry / I beg you please I'm on my knees / If that's what you want me to //

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun