Ciri orang pintar atau pandai ditandai kemampuan berpikir secara logis dan sistematis, ditambah dengan pengetahuan atau lmu yang luas dan mendalam terkait suatu hal. Prestasi akademik kerap menjadi ukurannya walau hal itu tidak selamanya benar.
Namun kurang pas atau tepat karena tidak sedikit lulusan dengan pendidikan strata satu dan dua, kemampuan berpikir dalam menganalisa masalah, memetakan persoalan dan mencari jalan keluar masih stag. Tidak mengalami perubahan sejak lulus dari sekolah menengah umum atau atas.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti telah membuktikan prestasi dan keberhasilan seseorang bukan hanya ditentukan oleh prestasi akademis. Tetapi juga kegigihan, semangat dan kemauan untuk terus menerus belajar. Maka layak menyebut menteri Susi adalah orang yang cerdas dan cakap, tidak cukup menilai kemampuannya hanya dengansebutan pintar.
Tidak heran jika Presiden Jokowi marah saat mengunjungi kantor pusat PLN (Perusahaan Listrik Negara) di Jakarta beberapa waktu lalu karena kurang mendapat jawaban dan penjelasan yang memuaskan dari pejabat PLN, terkait putusnya aliran listrik di sejumlah wilayah di Jawa. Sehingga membuat kegiatan ekonomi bisnis dan aktivitas lain masyarakat terganggu .
Demikian pula Presiden menilai jajaran pimpinan PLN adalah orang-orang pintar dan berpengalaman. Walau pada akhirnya Presiden kecewa. Dengan berkomentar pendek, "Penjelasannya panjang sekali." Dilanjutkan dengan mengulang apa yang ingin diketahuinya di depan jajaran direksi PLN.
"Pertanyaan saya, bapak ibu semuanya kan orang pintar-pintar, apalagi urusan listrik dan sudah bertahun-tahun. Apakah tidak dihitung, apakah tidak dikalkulasi kalau akan ada kejadian-kejadian sehingga kita tahu sebelumnya. Kok tahu-tahu drop." lanjut Presiden.
Apalagi peristiwa semacam ini bukan pertama kali terjadi. Presiden dalam kesempatan itu sempat mengingatkan peristiwa padamnya listrik di Jawa Bali tahun 2002. Harapannya dapat menjadi pembelajaran bersama.
Peristiwa blackout seperti yang terjadi awal Agustus lalu juga pernah terjadi 22 tahun silam. Minggu, 13 April 1997, listrik se Jawa Bali padam. Berlangsung selama tiga jam dari sekitar pukul 10:15 kemudian terjadi lagi pada pukul 17:00 dengan durasi waktu yang hampir sama. Blackout terjadi karena adanya gangguan sistem pada saluran tegangan tinggi di pembangkit atau pusat listrik tenaga uap Suralaya.
Namun waktu itu untuk wilayah Jakarta, Bogor, Cirebon dan Jawa Tengah tidak blackout karena pasokannya tidak dari saluran tegangan tinggi yang sama.