Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ria Ricis, Freud, dan Mimpi

17 November 2017   14:56 Diperbarui: 17 November 2017   21:54 1438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku dan sekotak cheese cake (foto: Ko In)

Hujan mulai sering mengunjungi  Yogya. Kadang dihantar oleh kilatan petir yang disusul dengan gemuruhnya guntur. Menambah riuh suasana oleh tetesan air yang jatuh di genting dan tanah. Menjadikan suasana Yogya lebih dingin dari biasanya. 

Membuat malas untuk beraktivitas di luar rumah. Tinggal di rumah atau kamar kost merupakan pilihan yang tidak terelakkan. Kalau pun memaksakan diri untuk keluar, basah tidak mungkin dihindari. Serapat apapun menutupi badan dengan mantel atau jas hujan. Butiran-butiran air yang tak terhitung jumlahnya akan selalu berusaha menyentuh tubuhmu yang hangat.  

Berdiam diri di rumah atau kamar kost, menikmati kopi atau teh panas merupakan cara untuk menghabiskan waktu sambil buka-buka medsos serta mencari berita-berita  di internet.  Apalagi ditemani  cake Jogja Cushy Cheese. Menjadi semakin betah di rumah atau di kamar kost.

Teman dikala hujan (foto: Ko In)
Teman dikala hujan (foto: Ko In)
Seretupan teh panas menghantarkan rasa hangat ke seluruh tubuh membuat rasa dingin menjauh untuk sesaat. Disusul sepotong cheese cake rasa karamel dengan kacang di dalamnya membuat mulut ini sibuk mengunyah hingga lupa untuk mengucapkan kata "dingin". Lupa udara di luar begitu dingin akibat hujan yang begitu lebat dan berlangsung cukup lama.

Tidak terasa cheese cake rasa karamelyang tinggal seperempat habis. Demikian pula dengan teh panas. Ritual menghalau dingin dengan minum teh panas yang ditemani kue kurang memuaskan maka  segelas teh panas baru pun harus tersedia. Ditemani beberapa potong cheese cake dari Jogja Cushy Cheese kali ini dengan rasa blueberry.

Tangan meraih buku The Interpretation of Dreams karya bapak psikoanalisa Sigmund Freud.  Sesekali  tangan kanan bergantian antara membuka halaman buku, mengambil gelas dan mengambil chees cake. Menurut  kakek Freud, mimpi itu penghubung antara kondisi bangun dan tidur.

Mencoba membayangkan seperti apa menjadi jembatan antara bangun dan tidur. Apakah seperti orang kerasukan, kesurupan atau trance yang bangun tetapi tidak menyadari aktivitasnya? Namun Freud menjelaskan seperti apa mimpi yang menjadi penghubung itu.

Jogja cushy cheese
Jogja cushy cheese
Menurutnya.....Maaf, serutup teh panas dan makan cheese cake dulu. Menurut sang kakek, mimpi adalah ekspresi yang terdistorsi atau yang sesungguhnya dari keinginan-keinginan yang terlarang dalam keadaan terjaga. 

Misalnya, masih menurut kakek Freud, seorang anak yang sering dipukuli oleh ayahnya. Bermimpi membalas pukulan atau bahkan membunuh ayahnya.  

Serem amat beri contohnya. Bagaimana kalau contohnya diganti. Saya bermimpi ketemu Ria Ricis di pagi hari di suatu tempat dan cuma berdua. Ria Ricis memakai kacamata besar untuk menutupi  matanya. Mungkin masih ngantuk karena habis bangun tidur. Atau,  karena kurang tidur sebab mengerjakan banyak aktivitas sampai larut malam. 

Ria Ricis, her and women (foto:Ko In)
Ria Ricis, her and women (foto:Ko In)
"Hallo cantik..... Akan lebih cantik kalau kacamatanya di lepas deh......," kata saya ramah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun