Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bincang Santai Bersama Kapolda Yogyakarta dan Blogger

3 Agustus 2017   15:25 Diperbarui: 3 Agustus 2017   15:29 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Podium Panggung (Foto: Ko In)

Suro Diro Jayadiningrat Lebur Dening Pangastuti. Ungkapan Jawa yang maknanya kira-kira seperti ini. Segala sifat keras hati, picik, dan angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut dan sabar.

Ungkapan yang penuh makna filosofis tersebut disampaikan Kapolda Daerah Istimewa Jogjakarta, Brigjen Ahmad Dofiri dalam acara Bincang Santai Membangun Budaya Positif dalam Bermedia Sosial (26/7) dengan sebagian blogger atau netizen (netcityzen)  Jogja.          

Acara yang berlangsung santai dengan diawali makan malam. Terasa benar-benar santai karena berlangsung di top roof sebuah hotel di Jogja. Sehingga sambil makan malam dapat menikmati langit yang ditaburi banyak bintang. Juga melihat kerlap-kerlip lampu-lampu kota di bawahnya.  

Bangun budaya positif di medsos (foto: Ko In)
Bangun budaya positif di medsos (foto: Ko In)
Ungkapan Jawa yang dikutip Kapolda Jogja sangat sarat  makna. Itu menunjukkan bagaimana pimpinan tertinggi kepolisian di Jogja menyikapi kontent di media sosial dengan cara yang persuasif. Mengedepankan edukasi  serta kasih sayang. Tidak semata-mata yuridis atau hukum kepada mereka yang mengunggah informasi tidak benar di dunia maya atau medsos.

Dalam kesempatan itu Kapolda DIJ, Brigjen Ahmad Dofiri memberitahu bagaimana jajarannya menyikapi keadaan terkait maraknya informasi di dunia maya dimana  tidak jarang polisi kerap di bully.

"Saya katakan kepada anggota jika di bully itu resiko kita main di dunia maya. Saya Kapolda dengan jajaran tenang saja. Jangan tipis telinga. Jangan sumbu pendek. Ini dinamika dan lambat laun kita bisa mengedukasi orang," kata Kapolda .

Ahmad Dofiri menambahkan bahwa literasi  tidak harus dengan menulis. Tapi dengan bertemu seperti acara malam itu, semuanya dapat menjadi lebih jelas. Sebagai contoh di medsos pernah ditulis polisi minta uang seribu rupiah, dua juta. Bahkan ditulis Kapolda meminta uang empat juta dan ada yang menulis dua belas juta setengah rupiah. 

Antara Maya dan Nyata (foto: Ko In)
Antara Maya dan Nyata (foto: Ko In)
Namun setelah ketemu dengan penulis dan minta menjelaskan, yang bersangkutan sadar bahwa apa yang ditulis tidak benar. Dan mereka-mereka yang menulis berita tidak benar akhirnya menyadari kesalahannya.

Walau demikian Kapolda merasa sangat terbantu dengan informasi yang kerap di sampaikan oleh komunitas netizen (netcityzen) yang ada di Jogja. Dimana anggota (polisi) belum tentu mendapatkan informasi tetapi komunitas-komunitas tersebut sudah terlebih dahulu menyampaikan berbagai macam informasi ke pihaknya. Bahkan informasi tersebut tidak jarang lebih banyak daripada yang disampaikan anggotanya..

Sayang sekali contoh kerendahan hati seorang pimpinan yang ditunjukkan Kapolda pada malam itu. Belum menumbuhkan kesadaran dan menjadi teladan serta panutan bagi sebagian netizen yang hadir. Sebagai tamu yang diundang. Mestinya dapat menjaga kesantunan bukan malah menjadi pembicara tandingan. Asyik ngobrol dengan sesama netizen atau sesama komunitasnya yang hadir.  

Atau dengan congkak menyebut dirinya sebagai "edvan user"manakala mendapat kesempatan untuk bertanya dan menanggapi apa yang telah disampaikan  pembicara.

Duhhh.......

Merekam peristiwa (foto: Ko In)
Merekam peristiwa (foto: Ko In)
Selain Kapolda Jogjakarta,  hadir sebagai pembicara lainnya malam itu Kabid PID Div Humas Polri Brigjen Pol Adnas. Kemudian Mariam Barata dari Kemenkominfo dan Naomi Lania dari Komnas Perlindungan Anak. 

Suro Diro Jayadiningrat Lebur Dening Pangastuti. Suro artinya keberanian. Diro kekuatan.  Jayaningrat dapat diartikan sebagai kejayaan, pangkat, kekuasaan. Namun  semua itu tidak akan memiliki arti dan akan sirna atau musnah. Atau lebur karena kelembutan dan kasih sayang. Lebur artinya hancur atau luluh. Pangastuti berari kasih sayang.

"Jadi kita mengedukasi orang, merangkul orang bukan dengan sewenang wenang. Panggil besok kemudian dikenakan UU ITE. Tidak harus dengan cara seperti itu. Tapi panggi dan diberi tahu. Yang ini salah dengan cara memberi teguran penuh kasih sayang," tegas Brigjen Ahmad Dofiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun