Oleh : Muhamad Ade Firdiansyah
" Pemilihan umum jangan menjadi tempat pertempuran. Perjuangan kepartaian yang dapat memecah persatuan bangsa Indonesia " - Soekarno
Pesta demokrasi baru saja selesai, Masyarakat indonesia memilih Calon Presiden dan wakil Presiden itu artinya indonesia akan memilih pemimpun untuk indonesia lima tahun kedepan, Calon presiden nomor urut 01 yaitu Jokowidodo bersama Wakilnya seorang ulama K.H ma'ruf amin dan nomor urut 02 Prabowo bersama wakilnya Sandiago Uno.
Ini bukan pertarungan yang pertama untuk kedua Calon Presiden, Di tahun 2014 lalu Jokowi dan Prabowo juga mencalonkan diri  sebagai Presiden kala itu Jokowi berpasangan dengan wakilnya yaitu Jusuf kalla lalu Prabowo bersama Hatta.
Pemilu kali ini lebih panas di banding pemilu 2014 lalu, Tuduhan kepada kedua Paslon pun kian bertambah. Sebenarnya Perang antar pendukung dua kubu sudah terasa sejak 2014 lalu .
Di Media sosial terutama, Para pendukung Fanatik buta melontarkan Hoax, Ancaman, Rasisme, dan Caci maki yang tiada hentinya. Hingga kini pun Masih terus berlanjut apalagi kini KPU masih melakukan rekapitulasi suara. Para pendukung kedua Paslon pun tiada hentinya Saling mengklain kemenangan.Â
Jauh hari Tagar #2019GantiPresident pun di viralkan Oleh para pendukung paslon 02, mereka menggangap Era Pemerintagan jokowi ini tidak stabil dalam ekonomi dan Politik, lebih lagi mereka menganggap Jokowi pro asing dan kriminalisasi ulama.
Tak hanya itu, Di kubu pendukung 01 pun menganggap Mantan Pangkostard itu Penjahat HAM ia dalang penculikan aktivis 98 yang hingga saat ini belum di temukan, pendukung 01 pun menganggap Prabowo tak ada prestasi dalam menjalankan roda pemerintahan
Ini fenomena politik yang sangat di sayangkan di negri ini, Dimana seharusnya Masyarakat sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga bernegara meskipun berbeda tetapi harus saling menghargaiÂ
Masyarakat harus Pandai dalam memilih dan bijak dalam mendukung, tidak Perlu Fanatik buta dan Kampanye saling menjatuhkan. Jangan sampai kita terpecah dan masyarakat malah menjauhi politik sehingga menjadi apatis.