Mohon tunggu...
Kwee Minglie
Kwee Minglie Mohon Tunggu... lainnya -

Motto : Hiduplah bermanfaaat bagi orang banyak

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

TKA Berbahasa Indonesia

23 Agustus 2015   18:47 Diperbarui: 23 Agustus 2015   18:47 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anggota Komisi IX DPR RI, Robert Rouw menilai langkah Jokowi dinilai tidak tepat dengan tidak mewajibakan tenaga Asing berbahasa Indonesia. dengan alasan melanggar trisaksi Bung Karno. Salah satunya adalah bisa terjadi serbuan TKA ke Indonesia, sehingga lapangan kerja seluas-luasnya bagi rakyat Indonesia diserbu TKA.

Wakil Ketua Komisi VI   Heru Gunawan mengatakan dengan kewajiban berbahasa Indonesia bisa melindungi tenaga lokal. Juga menyalahkan Jokowi mencabut peraturan mewajibkan.

Keduanya adalah anggota DPR RI seharusnya memahami bagaimana melindungi tenaga lokal dengan tepat, bukan asal bicara yang tidak ada dasar logikanya. Sangat nampak kebodohan dirinya sendiri dengan menunjukan kehebatan berani mengkritik Jokowi selaku Presdien, Mengapa ?

  1. Apa hubungannya TKA berbahasa Indonesia dengan diserbunya tenaga lokal ? bukankah berbahasa itu untuk komunikasi, bukan untuk kerja.
  2. Apa hubngannya TKA berbahasa Indonesia dengan diserbunya tenaga lokal ? Mengapa bukan  peraturan TKA dibuat dengan spesifik mengenai keahliannya yang belum dimiliki oleh tanaga lokal.
  3. Bukankah berbahasa itu hak masing-masing bangsa didunia, mengapa harus dilarang jika ia berkunjung dinegara lain ? bagaimana TKA Indonesia bekerja diluar negeri juga tidak bisa berbahasa dinegeri yang dikunjungi ? adilkah itu diperlakukan ?

Kita butuh investasi asing di Indonesia, namun melarang orang asing berbahasa mereka sendiri. sungguh keterlaluan. Jika hanya takut tenaga asing menyerbu tenaga Lokal, seharusnya anda-anda yang duduk di DPR itu membuat UU yang melindungi tenaga lokal dengan persyaratan keahlian, bukan berbahasanya dijadikan alasan. Atau menentukan jumlah TKA dari investor asing yang mau menanamkan modalnya di Indonesia dengan dasar tenologi apa yang digunakan. Jika memang teknologinya  TKI belum siap bisa diperlonggar dalam aturan. jika teknologi biasa-biasa saja diperketat dengan batasan jumlah yang diberikan. Gitu aja kok repot.

Kasihan saya melihat kualitas anggota DPR RI yang mengomentari Jokowi dengan seolah-olah dirinya lebih  hebat lebih cinta TKI. Jokowi itu presiden pilihan rakyat. Tentu dia bisa mempertimbangkan semua untung rugi dalam membuat satu kebijaksanaan.  Janganlah kemudian membangun opini mengkritik karena tidak suka. Mengapa Jokowi ataupun menterinya dipanggil dan ditanya dulu, mengapa  aturan itu dicabut, itu akan lebih bijak daripada melontar ucapan yang murahan dan tidak ada relevansinya.

Mengurangi TKA bukan dengan mewajibkan orangnya harus berbahasa Indonesia, itu keputusan lama yang bodohnya sama dengan yang bicara. Justru mewajbkan transfer teknologi dari TKA ke TKI itu lebih penting supaya TKI memiliki kompetensi yang minimal sama itu baru hebat.

Bahasa itu adalah alat komunikasi, tidak ada relevansi dengan tenaga kerja atau lapangan kerja. Bahasa tarzan juga salah satu bahasa komunikasi, apakah bahasa tarzan itu juga dilarang ? asal tau saja itu  bahasa tarzan juga termasuk bahasa international yang bisa digunakan dalam komunikasi.

Kita adalah bangsa besar, hargailah semua bahasa didunia, janganlah kita merasa terhebat didunia, janganlah kita picik menganggap orang berbahasa asing dinegeri kita dianggap tidak menghormati bangsa kita. Karena kita tidak mengerti kemudian merasa terhina.  Sedemikian dangkalnya pikiran kita jika itu terus dipertahankan.  Hati yang dipenuhi kecurigaan pada orang lain, yang pasti itu bukan pekerja keras dan pekerja ulet. Pikirannya hanya kebencian, curiga, takut tersaingi, kemudian iri dan dengki terhadap orang lain tanpa alasan jelas.   

Kita semua tahu semua perilaku, ucapan apapun bentuknya membawa dampak bagi orang lain. Apalagi di expose dimedia. Marilah kita belajar menciptakan kesejukan bukan membuat suasana panas  yang menimbulkan permusuhan. Kapan kita bisa lebih baik ?  Boleh kritik namun kritiklah dengan niat membangun yang lebih baik, jika mungkin berilah solusinya yang baik.  Bukan asbun saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun