Sambil menahan lirikan melihat curi-curi dengan si nona cantik. Dia juga begitu. Klik-lah dengan cara saling ngobrol saat makan bersama. Setelah baikan, lalu saya teruskan perjalanan kaki, diantar oleh si nona sampai di paang (gerbang kampung).
Itu perjalanan dari Ruteng menuju kampung Waemata, Lembor. Tiba di Lembor malam hari. Tapi herannya, tidak terasa cape. Mama senang karena saya tampak gembira.
Mama senang karena melihat anaknya, sementara saya beda, saya senang karena elusan siswi perawat cantik saat mengobati betis terluka digigit anjing. Oleee.. !
Selama liburan, pikiran saya menggugat ilmu anjing si Romo.
Saya menemukan jawaban, bahwa ilmu itu benar dari sisi secara umum.
Lalu kenapa anjing itu tetap menggigit ? Â
Saya mencoba cari alasannya, dan saya temukan. Apa itu ? Hampir pasti bahwa anjing jantan itu adalah jenis gay, homo. Ia gigit membabi buta. Anjing seperti itu biasanya sudah seharian gigit tulang yang sudah tidak ada dagingnya. Lapar dia. Bahkan terancam akan mati kelaparan.
Pertanyaan berikutnya dalam benak saya : "bagaimana cara mengatasinya ?"
Saya jadi ingat ketika tiba musim sambut baru (ritual komuni gereja), biasanya potong anjing tambun dan gemuk. Pesta sambut baru. Bisa jadi anjing itu adalah anjing gay.
Begitulah ceritanya. Dari pengalaman itu saya petik rema hidup, yaitu :
"Ketika anda berjalan melanglang buana di signal medsos, dengan cara memposting apa saja yang dialami, termasuk kepedulian untuk suatu kasus kehidupan, tiba-tiba muncul komentator yang membabibuta 'menggigit' pribadi anda. Tidak usah terganggu pikiran kita. Hampir pasti ia jenis manusia gay / homo. Seperti anjing yg seharian menggigit tulang saja.