Begitu giginya mau ditancapkan ke kakimu, maka mendadak dia senyum bersahabat, ekornya dikipas-kipas tanda gembira.
Kenapa bisa begitu?
Ya,...Karena ia mencium aroma harumnya anjing betina di kakimu. Dia langsung kasmaran merayu-rayu, diam tak berkutik. Itu ilmunya".
Kami semua tertegun dengan ilmu baru itu, sambil tawa gembira. Ilmu anjing, penyelamat !
Beberapa dari kami mempraktekkan ilmu itu ketika pulang libur. Saya salah satunya. Nah, ketika jalan lewat di tengah kampung, tiba-tiba anjing jantan kejar. Saya sorong kaki yang sudah teroles ke anjing betina, ternyata ilmu itu tidak manjur.
ae.... Itu anjing gigit kaki saya ka... ! Olee.... ! Ilmu tidak manjur.
Warga kampung menolong saya, dibawa masuk satu rumah. Yah, seorang gadis cantik mengoles obat betadin cairan merah ke betis saya. Oles-oles, sapel-sapel (bahasa Mnggarai = di elus-elus) bersihkan darahnya.
Saya dalam hati terkasmaran. Darah dalam tubuh saya mengalir deras dari biasanya. Darah puber brondong bro! Muka saya merah, grogi dan malu.
Rupanya nona cantik itu tahu, tapi ia malah semakin elus hingga paha, setelah ia tahu saya siswa seminari calon imam di Kisol.
Dia sayang. Tapi saya? Seperti terbakarrrrr...di mimpi basah kabut angkasa! Panggilan imam yang sedang bersemai jadi terombang ambing.
"Oleee... ! Setelah selesai baru saya tahu, bahwa ia siswi sekolah perawat di Makasar yang lagi pulang libur. Orang tuanya ramah, keduanya pakai kalung rosario. Puji Tuhan, saya disajikan kopi dan makan siang.