Mohon tunggu...
Komodo Lawyers Club
Komodo Lawyers Club Mohon Tunggu... Jurnalis - Labuan Bajo, Manggarai Barat,NTT

KLCNews dan Investigator

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rencana Merumahkan TKD Mabar Itu Seperti di Simpang Tiga Rumpun Bambu

25 Juli 2021   18:15 Diperbarui: 25 Juli 2021   20:34 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok Ist. Jon Kadis, SH/ foto Ilustras

LABUAN BAJO, -Berita rencana kebijakan Bupati Mabar untuk merumahkan TKD (Tenaga Kontrak Daerah) yang dikutip media dari Wakilnya Yulianus Weng membuat 2000an TKD itu seolah berada di simpang tiga rumpun bambu.

Tak sedikit juga netizen di publik bereaksi bahwa Bupati/Wakil juga seperti berada di simpang tiga rumpun bambu itu.

Reaksi tersebut lebih menyentuh rasa, terutama oknum TKD dan keluarganya daripada reaksi karena pikiran logis dari hasil dampak kritis masa pandemik.

Untuk memahami maksud istilah saya pada rasa 'simpang tiga rumpun bambu' itu, anda saya ajak membaca lirik lagu lawasnya Victor Hutabarat, syukur kalau melihat dan ikut bernyanyi di mp3 atau video youtube, menikmati dengan penuh perasaan. Lagu tersebut berjudul Ambang Sore, Anggap saja "ku" dalam lirik tersebut adalah anda oknum TKD, ya boleh juga anda Bupati/Wakil include team pengkajian.

Tentu saya yang menulis ini, supaya anda jangan mengira saya hanya menonton saja, sudah merasakan 'pesan menukik' lagu ini untuk situasi sulit yang pernah saya alami dalam perjalanam hidup selama ini.

Lirik lagu itu sebagai berikut :

"Dalam renunganku seorang di ambang sore nan lalu. Tiada bisikan tenang.Tamasya indahku bisu. Kesatu arah tertentu kulepaskan pandanganku, ke tempat janji bertemu, simpang tiga rumpun bambu. Tiap sore kunantikan disimpang tiga titian, dengan debar kasih sayang, kata mesra pengharapan. Entah apa sebabnya, tiada khabar berita. Ujung senja kunantikan, namun dikau tiada datang".

Memahami dengan seksama dan penuh rasa, maka pesan lagu itu akan terserap. Dan saya kira cocok untuk TKD dan Pemimpin Mabar beserta netizen Mabar. Sekali lagi, untuk mudahnya, kata "ku" nya dirasakan sebagai diri sendiri. Selanjutnya berikut ini saya mencoba menulis tentang reaksi rasa tapi juga ratio.

TKD di Simpang Tiga

Bertahun-tahun, bahkan sejak berdirinya kabupaten Mabar tahun 2003, TKD ini tetap berstatus TKD hingga hari ini. Tidak ada perubahan, kecuali perubahan nama. Dulunya bernama Tenaga Honor (TH), kemudian dibaptis jadi HONDA (Honorer Daerah), kemudian ubah baptis lagi menjadi TKD (Tenaga Kontrak Daerah). Lalu ada lagi TEKO (Tenaga Kontrak) baptisan netizen dari media tertentu.

Dalam bahasa Manggarai, 'Teko' itu adalah ubi talas. Semoga saja berikutnya tidak ada lagi, meski saya menduga bakalan muncul TKO (pukulan hingga jatuh terkapar tak berkutik dalam arena tinju, pertandingan selesai, lalu dinyatakan pihak menang dan kalah). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun