Desa Suco memiliki banyak potensi satunya yaitu Batik. Meski tidak banyak terlihat perkembangannya, namun mampu menjadi potensi yang unik. Batik atau bisa disebut sebagai seni mencoret pada kain ini menjadi salah satu hal yang diminati oleh ibu-ibu desa , tangan lembut yang menggoreskan gambar dengan indah sehingga mampu menghasilkan motif-motif cantik .
Pak Arifin si pengelola sanggar batik atau yang akrab disapa mas Bro ini sudah lama masuk dunia seni membatik sehingga harapan dan cita-citanya untuk menciptakan motif batik khas Desa Suco sangatlah dalam, meski sampai saat ini belum terwujud bahkan sanggar batiknya sempat berhenti karena wabah pandemic Covid-19 ditambah dengan adanya perbaikan seb[D1] ab bangunan pada sanggar sudah rapuh dan hampir runtuh. Namun, tidak menghentikan mimpi untuk tetap memperkenalkan lebih luas mengenai seni batik dan tetap melanjutkan apa yang sudah dicita-citakannya.
Terdapat dua jenis batik yang diproduksi yaitu, Batik Tulis dan Batik Cetak. Untuk harga sudah tentu Batik Tulislah yang lebih mahal dari Batik Cetak, karena usaha dan kemampuan yang dikeluarkan lebih besar untuk menulis batik dengan tangan sendiri dan lebih membutuhkan ketelitian yang lebih tajam. Sudah banyak sekali jenis Sanggar batik Desa Suco sudah banyak dikenal hingga luar kota, sehingga banyak mendapat pesanan seragam batik dalam jumlah besar, tapi meskipun begitu mas Bro pernah mengatakan bahwa dirinya masih belum berani untuk menerima banyak pesanan dalam kurun waktu yang singkat, karena merasa belum mampu dari sisi tenaga kerja dan alat membatik yang dimiliki, sehingga jumlah pesanan yang diterima selalu berdasarkan pertimbangan dan diskusi yang telah dilakukannya bersama teman-teman sanggar batik.
Penulis : Faalodia Orlin
Editor : Dillyan Noverio