Mohon tunggu...
KKN BTV Genteng UM Surabaya
KKN BTV Genteng UM Surabaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - KKN Back to Village 23 Genteng UM Surabaya

KKN Back to Village 23 Genteng UM Surabaya 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mahasiswa KKN UM Surabaya Kenalkan Tempat Bersejarah di Daerah Peneleh

25 Agustus 2021   13:50 Diperbarui: 25 Agustus 2021   13:56 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah HOS Cokroaminoto (Dokpri)

Surabaya (25/08/2021) -  Peneleh merupakan salah satu perkampungan di ibu kota Surabaya yang paling banyak meninggalkan banyak sejarah dijaman Belanda dahulu, banyak sekali bangunan-bangunan rumah yang bernuasa lawas dan bangunan Belanda jaman dahulu yang memang sengaja tidak direnovasi pemiliknya tetapi hanya mengalami perbaikan sedikit tanpa merubah bangunan. Hal ini bertujuan untuk melestarikan salah satu tempat bersejarah dengan suasana yang otentik di Surabaya.

Bertepatan dengan lokasi KKN Back to Village 23 Genteng, Peneleh yang merupakan daerah yang menyimpan banyak aset daerah yang harus dilestarikan dan harus diperkenalkan kepada wisatawan local maupun mancanegara. Dengan mempamerkan tempat bersejarah yang di Peneleh dan sekitarnya melalui sosial media, Mahasiswa KKN Back to Village 23 Genteng berharap cagar budaya di Surabaya dapat di kenal oleh seluruh khalayak dan dapat mengunjunginya di suatu saat nanti.

Di mulai dengan mengunjungi destinasi – destinasi yang ada di sekitar Peneleh ditemani oleh anak-anak kampung peneleh, Mahasiswa KKN Back to Village 23 Genteng menelusuri tempat-tempat yang akan dituju dengan berjalan kaki, anggap saja ini sebuah study tour untuk setalah sekian lamanya diberlakukan pembatasan-pembatasan di karenakan pandemic. Melewati jalan setapak, menyusuri gang-gang kecil dengan menyapa beberapa warga yang sedang berada diluar rumah sampailah kami di tujuan kami yang pertama yaitu rumah HOS Cokroaminoto sang guru besar yang beralamatkan di Jl. Peneleh VII No. 29-31 yang merupakan salah satu cagar budaya di Surabaya.

Beliau merupakan salah satu tokoh kebangkitan nasional sekaligus seorang guru bagi Bung Karno dan sejumlah tokoh nasional lain ketika mereka mengenyam pendidikan di Surabaya. Tak hanya sebagai tempat menimba ilmu saja Rumah HOS Cokroaminoto juga dijadikan tempat presiden pertama Indonesia “Ir.Soekarno” bertemu tokoh-tokoh penting. Di antara tokoh-tokoh penting Indonesia yang pernah tinggal di rumah ini adalah Sukarno, Semaun, Alimin, Darsono, Tan Malaka, Musso hingga Kartosoewirjo, Di rumah tersebutlah para tokoh-tokoh pahlawan itu belajar dengan rukun pada satu guru yaitu HOS Cokroaminoto. Disini pengunjung dapat masuk kedalam rumah HOS Cokroaminoto tanpa membayar HTM cukup menulis buku tamu yang tersedia para pengunjung dapat menjelajahi tiap ruangan yang ada. Sayangnya kami tidak dapat masuk kedalam rumah sang guru besar dikarenakan adanya PPKM tempat ini ditutup sementara.

Dan tak banyak yang tau bahwa tidak jauh dari rumah HOS Cokroaminoto, terdapat rumah kelahiran Sang Proklamator sekaligus presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno atau Bung Karno, yang berlokasi di sebelah utara rumah HOS Cokroaminoto terdapat rumah kelahiran Bung Karno di Jl. Pandean Gang IV No. 40. Rumah ini menegaskan simpang-siur kebenaran tempat lahir Sang Proklamator Indonesia ini.

Berlanjut ke destinasi berikutnya terdapat Makam Belanda Peneleh, Siapa yang tak kenal tempat ini ? Tempat ini merupakan ikonik daerah Peneleh yang merupakan Salah satu area pemakaman modern tertua di Indonesia. Pemakaman ini pada jaman belanda bernama De Begraafplaats Soerabaia atau Makam Belanda Peneleh. Makam belanda Peneleh merupakan tempat bersemayamnya para pejabat Belanda yang gugur di tanah jajahannya seperti Pierre Jean Baptiste de Perez atau P.J.B. de Perez. dikenal sebagai wakil direktur Mahkamah Agung Hindia Belanda yang juga komisaris sejumlah perusahaan besar. Perez tercatat pernah menjadi residen Surabaya dan gubernur Sulawesi. Tak hanya Perez Residen Surabaya Daniel Francois Willem Pietermaat (1790–1848) dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Pieter Merkus (1787–1844) juga di makamkan di pemakaman tersebut.

Masjid Jami' Peneleh (Dokpri)
Masjid Jami' Peneleh (Dokpri)

Tujuan kami berakhir di Masjid Jami’ Peneleh yang berlokasi di Jl. Peneleh V No. 41, Sebuah masjid pertama di Surabaya dan salah satu masjid peninggalan Sunan Ampel yang dibangun oleh Sunan Ampel pada abad ke-15. Menurut ketua takmir Masjid Jam’ Peneleh, Muhammad Sofyan “Sunan Ampel menyebarkan agama Islam dari tempat ini berawal dari adanya komunitas muslim di daerah sini (Peneleh), dan mayoritas masyarakat saat itu masih beragama Hindu," ungkapnya.

Terdapat 10 tiang soko yang menjadi penyangga masjid ini. Sepuluh tiang utama penyangga atap ini di sebut Soko Guru. "Filosofi yang diambil dari 10 tiang penyangga adalah jumlah 10 malaikat. Sedangkan jumlah 25 kaca hiasan jendela melambangkan nama-nama rasul," ungkap Sufyan.

Rangkah langit-langit yang berhias tulisan Arab yang bertulisan empat sahabat Nabi Muhammad yaitu Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Tembok masjid dikelilingi 25 ventilasi dan 5 daun jendela. Di masing-masing ventilasi tersebut terdapat hiasan aksara Arab berupa nama-nama 25 nabi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun