Mohon tunggu...
kkndr kel135
kkndr kel135 Mohon Tunggu... Penulis - KKN-DR Kelompok 135 / Mahasiswi IAIN Samarinda jurusan Pendidikan Bahasa Arab.

KKN-DR Kelompok135 IAIN SAMARINDA Mahasiswi Pendidikan Bahasa Arab: Nur Hasanah (angkatan 2016) Nur Afifah (angkatan 2017) Mencintai menulis dan ilmu pengetahuan. Senantiasa berusaha berbagi ilmu yang bermanfaat dan tidak lelah untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Masa Pandemi? Hidup Serba Susah? Stop! Jangan Mengandalkan Pinjaman!

22 Juli 2020   12:46 Diperbarui: 22 Juli 2020   12:51 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Masa ini, kita sedang mengalami maraknya berbagai macam kesulitan akibat covid-19, benar? Di mana segala bentuk aktivitas yang dulunya sangatlah bebas kini terpaksa harus dibatasi. Maka dampak yang timbul dari pembatasan tersebut menuai berbagai macam kontroversi. Bagaimana tidak? Indonesia yang dikenal merupakan negara berkembang, memiliki sekelompok masyarakat yang mengandalkan mata pencaharian dengan berprofesi sebagai petani, nelayan, buruh, tenaga pendidik dan lainnya, kini mereka harus rela membatasi geraknya demi selamatnya jiwa raga, keluarga tercinta dan orang di sekitarnya.

Dengan adanya pembatasan gerak, maka pastilah ada sisi yang terhambat. Pemenuhan dari segi ekonomi yang biasanya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, saat ini harus terhambat di tengah masa pandemi. Tidak jarang banyak dari masyarakat mengalami kerugian bahkan sampai rela usahanya gulung tikar. Maka bisa jadi yang terjadi selanjutnya ialah hutang ada di mana-mana, pinjaman terus-terusan menumpuk, ibarat "gali lubang tutup lubang, pinjam uang bayar hutang" kata Bang H. Roma Irama dalam lirik lagunya. Namun, apakah pinjaman yang dilakukan seseorang hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup? Ya, mungkin sebagian besar demikian. Akan tetapi, ada saja segelintir manusia yang memanfaatkan pinjaman hanya demi memenuhi gaya hidup semata. Maka jangan heran, banyak orang yang hidup mewah di bawah batas kemampuan.

Dari hal di atas, ada beberapa hal yang harus diingat sebelum melakukan pinjaman baik secara online atau offline. Pinjam-meminjam yang berlebih-lebihan tentu dilarang dalam Islam, karena selain di luar batas kemampuan membayar juga merupakan perilaku tabzir' ataupun pemborosan dan Allah sangatlah membenci hal tersebut.  

Memang bagi sebagian orang pinjaman sudah lazim dilakukan dengan berbagai dalih diutarakan saat ingin meminjaman. Terkadang ada kata-kata manis terlontar namun ujungnya khianat, ada kata-kata "pasti" tapi tak kunjung menganti. Maka dalam Islam sudah dari dulu mengatur bagaimana sepantasnya melakukan pinjam-meminjam/berhutang agar kedua belah pihak tetap merasakan kenyamanan. Bahkan pada awal ayat surat Al-Baqarah/2: 282, disebutkan bahwa jika seorang yang beriman ingin berhutang kepada pihak lain dalam jangka waktu tertentu, maka hendaklah ia mencatatnya. Hal ini menunjukkan bahwa hutang mempunyai sejumlah prinsip dan etika. Beberapa bagian penting saat ingin melaksanakan pinjam-meminjam, antara lain:

            Pertama, kedua belah pihak harus memahami konsep al-Ariyah' dalam Islam.

            Kedua, peminjam harus orang yang jauh dari kata khianat dengan langkah lebih aman gunakan perjanjian tinta hitam di atas putih.

            Ketiga, pemberi pinjaman menetapkan waktu pengembalian barang atau zat yang diambil manfaatnya, kemudian disepakati.

Mengapa penulis menempatkan pemahaman konsep al-Ariyah' pada posisi pertama? Karena dari hal tersebut akan timbul berbagai macam permasalahan. Entah ketika si peminjam tidak tahu-menahu aturan atau si pemberi pinjaman bisa dengan seenaknya menetapkan ganti yang sangat besar melebihi barang yang dipinjam. Maka jika tetap ingin meminjam, pahami hal di atas dan tetap berhati-hati terhadap jasa penyedia pinjaman yang abal-abal pastinya. Hutang piutang adalah muamalah yang dibolehkan dalam ajaran agama Islam namun diberi rambu-rambu kepada kita untuk menjalankannya.

Lalu bagaimana dengan pinjaman yang dilakukan hanya demi memenuhi gaya hidup semata?

Sudah jelas ini merupakan sikap berlebih-lebihan yang seharusnya dipangkas sedini mungkin. Bagaimana bisa, seseorang dengan ekonomi pas-pasan ingin terlihat mewah namun di belakangnya tersimpan tumpukan tagihan yang dapat memecahkan kepala.

Ketahuilah bahaya dibalik pinjaman yang berlebihan dan tak kunjung dibayar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun