Mohon tunggu...
KKN DR 136 UINSU
KKN DR 136 UINSU Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

YOK MEMBACA!

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Generasi Milenial di Tengah Pandemi

13 Agustus 2020   13:40 Diperbarui: 14 Agustus 2020   14:57 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Virus Covid-19 sangat meresahkan masyarakat, banyak masyarakat yang merasa bahwa dengan adanya Pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi kondisi lingkungan hidup. Terutama kalangan remaja. Seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan hidup memiliki arti umum yatu perilaku, maka dari itu disini saya akan membahaa masalah perilaku kehidupan dan keseharian masyarakat Indonesia pada saat pandemi.

Pandemi COVID-19 telah memengaruhi hampir setiap aspek dalam kehidupan, termasuk aktivitas harian masyarakat, terutama kelompok anak dan remaja. Dampaknya, ruang gerak masyarakat terbatas, kegiatan sebagian kantor dan sekolah ditutup, bahkan tempat peribadatan juga ditutup. Selain itu, transportasi umum dibatasi, sampai adanya pelarangan mudik.

Kebijakan PSBB telah mengubah kehidupan sehari-hari masyarakat, karena semua kegiatan yang tadinya dilakukan di luar rumah menjadi di rumah saja. Dalam kondisi ini, setiap masyarakat diharapkan dapat beradaptasi dengan situasi baru ini, meskipun secara psikologis tidak mudah.

Selama masa pandemi Covi-19 banyak terjadi kekerasan pada anak, kekerasan pada anak adalah setiap perbuatan yang dilakukan pada anak hingga menyebabkan anak sengsara atau menderita secara fisik, psikis, seksual, dan atau terlantar. Berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Selama Januari-14 Juli 2020, di masa pandemi Covid-19 ini, tercatat 736 orangtua dan anggota keluarga yang melakukan kekerasan pada anak.

Data dari Wahana Visi Indonesia tentang Studi Penilaian Cepat Dampak COVID-19 dan Pengaruhnya Terhadap Anak Indonesia menyebut, sebanyak 62 persen anak mengalami kekerasan verbal oleh orang tuanya selama berada di rumah. Perilaku yang temasuk kekerasan verbal ke anak antara lain meningkatnya volume suara berupa teriakan, bentakan, atau mengamuk. Selain itu, mengancam anak, mengkritik, mengejek, dan juga menimpakan setiap kesalahan pada anak, juga termasuk dalam perilaku ini.

Terlepas dari masalah kekerasan fisik tersebut, sebagian remaja juga melakukan hal yang produktif pada masa pandemi ini. Seperti banyak sekali remaja sekarang yang melakukan kereasi di social media, banyak juga remaja yang justru berbinis. Seperti membuat masker dari kain perca dan membagikannya kepada masyarakat yang membutuhkan, karena harga masker yang sangat tinggi dan sulit untuk didapat sehingga banyak masyarakat yang tidak memiliki masker. Banyak juga remaja laki-laki yang bahkan membuat Disinfektan yang bekerja sama dengan aparat desa atau kepling dan melakukan penyemprotakan di daerah lingkungan tempat tinggal.

Digital marketing pada pandemi kali ini sangat berguna dan bermanfaat, karena mengurangi kontak fisik. Bahkan sebelum Corona hadir, digital marketing sudah digunakan oleh semua orang dari berbagai umur bukan hanya generasi milenial. Namun dengan himbauan untuk tetap berada dirumah, setiap orang lebih banyak menghabiskan waktu dan aktifitas nya dirumah sehingga banyak melakukan kegiatan berbasis digital.

Dengan terbatasnya setiap aktifitas, waktu bahkan keharusan tutup sementara bagi generasi milenial ini bukan masalah besar. Karena mereka bisa menggunakan berbagai cara dan berbagai ide untuk tetap produktif. Yang biasanya toko suatu barang buka dan melakukan penjualan serta transaksi secara langsung, kini dengan tutup sementara mereka bisa mempromosikan dan menjual barang tersebut melalui sosial media atau marketplace.

Kesimpulannya, generasi milenial pada masa pandemi ini tidak akan merasa terbatas atau merasa tidak bebas. Karena memang dasarnya mereka memiliki karakter yang berteman baik dengan teknologi, sehingga ketika semua serba digital tanpa harus turun terlibat langsung mereka tetap produktif.

Ditulis Oleh : Dea Shinta Nurcahyani

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun