Bimbingan Belajar di Rumah untuk Anak MI di Masa Pandemi

Oleh    : Ajmala Wulidati Nisa (Anggota Kelompok KKN MDR Astagina IPMAFA)

Kuliah Kerja Nyata atau KKN biasanya berbentuk perkuliahan yang dilaksanakan di luar ruangan kelas dan biasanya dilakukan secara langsung atau berbaur bersama masyarakat sekitar. Dalam kegiatan KKN tersebut diharapkan mahasiswa mampu mendapatkan pengalaman serta pembelajaran secara langsung, meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis masalah sehingga menemukan solusi dari permasalahan tersebut. 

Namun pada kasus yang sekarang sedang terjadi, KKN Ipmafa tidak dapat dilaksanakan seperti sediakala mengingat pandemi masih berlangsung hingga saat ini. Sehingga pihak Ipmafa menyelenggarakan model Kuliah Kerja Nyata Mandiri dari Rumah (KKN MDR) dengan memanfaatkan media sosial pribadi milik mahasiswa. Fokus kegiatan KKN ini pun berkaitan dengan program pendidikan, peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat akan penyebaran virus covid 19, serta penguatan moderasi beragama. 

Selama KKN berlangsung mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan dari tempat tinggal masing-masing. Kami mahasiswa dari kelompok KKN MDR Astagina IPMAFA 2020 ini memilih untuk mengadakan kegiatan bimbingan belajar yang dilaksanakan 3 kali dalam satu minggu dengan peserta anak-anak di sekitar rumah di desa TLogoharum Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati. Tentunya dengan memperhatikan protocol kesehatan seperti menggunakan masker, menyediakan hand sanitiser dan menjaga jarak. 

Selain itu jumlah peserta didik juga kami batasi untuk mencegah terjadinya perkumpulan yang mengundang banyak anak. Dalam pelaksanaan bimbingan tersebut selama 3 hari dimaksimalkan hari dan jam kegiatan bimbingan belajar sesuai jadwal yang telah disepakati antara peserta didik, anggota mahasiswa KKN MDR Astagina, dan orang tua peserta didik. 

Kegiatan ini bertujuan untuk membantu siswa terutama siswa MI dalam proses belajar mengingat mereka harus belajar secara mandiri dari rumah masing-masing  karena sekolah masih harus melaksanakan kegiatan belajar secara daring. Sementara itu tidak semua orang tua mampu memfasilitasi anak-anak mereka dengan teknologi pendukung yang mumpuni. Selain itu, orang tua juga banyak mengalami kesulitan untuk menjadi pembimbing atau pun tutor bagi anak-anak dengan berbagai alasan seperti tidak memahami model pembelajaran daring, adanya kesibukan ekonomi, atau gagap dalam teknologi. 

Beberapa permasalahan tersebut tentu membuat kita sebagai calon pendidik merasa terdorong untuk membantu meringankan permasalahan sosial masyarakat khususnya dalam proses pendidikan anak yang tidak dapat berjalan semestinya. Apalagi dalam Pendidikan dasar dimana anak-anak seharusnya masih dalam masa bimbingan dan arahan dari guru, namun keadaan ini sungguh terbalik karena guru tidak mampu untuk merangkul anak didiknya secara langsung. Guru hanya dapat membimbing secara daring. Tentunya hal tersebut sangatlah berbeda dampaknya dan akan lebih sulit jika anak tidak bertatap muka dengan gurunya.

Belum lagi permasalahan mengenai bahan ajar atau media ajar yang mungkin tidak semua sekolah dan guru di daerah mampu mendukung kegiatan belajar di rumah atau sekolah daring (dalam Jaringan). Istilah daring sendiri baru dikenal semenjak pandemi berlangsung. Keresahan ini juga dirasakan oleh pihak sekolah dan guru kelas karena anak-anak masih dituntut untuk dapat menguasai kompetensi yang sudah ditetapkan. Sementara belum ada metode yang tepat dan cocok untuk menyelaraskan kegiatan belajar mandiri di rumah. 

Berbagai solusi ditawarkan namun lagi dan lagi kita belum mampu untuk mencegah penyebaran virus yang kian meluas ini. Semetara perkembangan peserta didik juga harus diperhatikan. Tugas dan tanggung jawab kita sebagai makhluk sosial benar-benar sedang diuji melalui berbagai aspek kehidupan.