Mohon tunggu...
KKN UMD 476
KKN UMD 476 Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Senang menulis berita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

KKN UMD UNEJ Edukasi Pemanfaatan Limbah Cair Tempe Menjadi Pupuk Organik Cair

20 Agustus 2022   22:34 Diperbarui: 27 Desember 2022   12:34 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bersama Perajin Tempe. (Dokumentasi Pribadi)

Perajin tempe di Desa Mojoparon, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan berkolaborasi dengan kelompok mahasiswa KKN UMD dari Universitas Jember (UNEJ). 

Kelompok mahasiswa KKN 476 membantu menelurkan ide untuk permasalahan limbah cair tempe agar tidak lagi memberikan dampak negatif pada lingkungan. Potensi limbah cair tempe menjadi Pupuk Organik Cair (POC) sebagai edukasi untuk giat gerakan zero waste peduli lingkungan hidup.

Tempe merupakan makananan tradisional khas Indonesia yang dapat dikonsumsi oleh segala kalangan bahkan menjadi salah satu menu andalan sehari-hari. Hal ini menjadikan industri tempe rumahan semakin meningkat karena menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.

Namun, usut punya usut hal ini juga berbanding lurus dengan meningkatnya limbah hasil industri. 

Pembuangan limbah secara langsung ke lingkungan dalam konsentrasi tertentu memberikan dampak negatif bagi lingkungan dan makhluk hidup. Pada proses produksi tempe dihasilkan banyak limbah berupa padat dan cair.

Lokasi Sungai Tempat Pembuangan Limbah Cair Tempe (Dokumentasi Pribadi)
Lokasi Sungai Tempat Pembuangan Limbah Cair Tempe (Dokumentasi Pribadi)
Perajin tempe Bapak Roji yang berlokasi di Dusun Badong merupakan salah satu perajin tempe yang masih membuang limbah cair tempe berupa air bekas rendaman dan rebusan kedelai secara langsung ke sungai.

"Ampas kulit kedelai saya jual ke peternak kambing, kalau air rendaman dan rebusan saya buang ke sungai pakai saluran pipa panjang," ujar Bapak Roji. Selasa, 2 Agustus 2022.

Hal ini akan menjadi masalah yang sangat mengganggu ketika air sungai surut. Bau busuk yang ditimbulkan dari gas H2S, amoniak, dan fosfin yang mengendap membuat masyarakat sekitar merasa terganggu.

"Warga memang terkadang protes kalau air sungai surut karena kan memang bau. Perangkat desa waktu itu juga sudah menghubungi saya, tapi saya belum punya modal untuk buat IPAL," imbuhnya.

Dari proses wawancara yang dilakukan, kelompok KKN 476 berinisiatif untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun