Mohon tunggu...
Kitong Bisa
Kitong Bisa Mohon Tunggu... -

Kitong Bisa adalah sebuah konsultan nonprofit yang bergerak dalam bidang pendidikan, konsultasi manajemen, event organizer, dan juga CSR adviser. Kitong Bisa didirikan di Papua pada tahun 2009, dan saat ini, jangkauan areanya sudah beredar di seluruh Indonesia, bahkan hingga Vietnam. Kitong Bisa saat ini juga berpartner dengan sebuah perusahaan IT Solution and Apps Developer, untuk membuat berbagai produk teknologi, khususnya yang membantu proses pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mari Stop Buang Sampah Plastik di Laut dan Hutan

14 Maret 2017   21:10 Diperbarui: 14 Maret 2017   21:18 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, sangat spesial untuk anak-anak Papua di Kitong Bisa Learning Center di Pulau Yapen, karena mereka memperoleh “Kepala Sekolah” Baru: Rachel Mambrasar, yang akan mengoperasikan pusat belajar ini. Rachel, yang belajar tentang ilmu teknik kimia dan pengolahan lingkungan, membawa mereka keluar untuk belajar tentang alam, sekaligus belajar menjaga lingkungan hidup.

Program ini muncul karena concern akan tingginya volume plastic yang dibuang ke laut. Tercatat oleh VOA bahwa sejumlah 8.8 Juta sampah di buang ke laut dan hutan di seluruh dunia, dimana Indonesia dan China adalah negara dengan penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Apabila dibiarkan, maka di akhir tahun 2025, akan ada 170 juta ton plastik di laut. Ini sangat berbahaya, karena secara keilmuan, plastik terbuat dari bahan baku minyak bumi, yang tidak dapat tergegradasi dengan cepat di lingkungan. Selain itu, plastik akan menjadi sangat beracun, ketika di makan oleh hewan-hewan di alam, karena tidak dapat diproses oleh pencernaan mereka.

Baik di Papua dan Papua Barat, maupun di Provinsi lain di Indonesia, ketika saya berjalan-jalan, saya melihat banyak sekali plastik bertebaran di mana-mana, dan sangat di sayangkan betapa tidak pedulinya masyarakat akan hal ini. Ketika menyusuri pinggiran Danau sentani di Jayapura, menyusuri tepian kali remu di sorong, atau ketika jalan-jalan ke pinggiran Pantai di tepian kota Manokwari, sampah plastik menyebar dimana-mana. Concern ini yang menggerakan Rachel Mambrasar memimpin anak-anak didiknya hari ini untuk belajar sekaligus berkampanye untuk stop buang plastik di Laut dan di Hutan.

Selain daripada belajar berbicara, memimpin, dan berinteraksi sosial, juga belajar Bahasa inggris, anak-anak di Kitong Bisa learning center kita ajarkan untuk menghormati dan menjaga alam dan lingkungan tempat mereka tinggal. Oleh sebab itu, menyadari Bahaya sampah plastik di atas, Kitong Bisa merasa perlu untuk mendidik generasi masa depan ini untuk melindungi lautnya dari bahaya plastik yang menyebar secara tidak terkendali.

Perjalanan dilakukan kurang lebih 30 menit dari pusat belajar mereka, ke Pantai Minggap, yang langsung menghadap ke pesisir daratan besar Papua, di pisahkan oleh Teluk Cenderawasih. Ada lebih dari 209 jenis Ikan tercatat hidup di perairan yang berbatasan langsung dengan Samudra Pasifik ini, dengan hewan-hewan unik lain seperti Hiu Paus, Penyu Sisik, Penyu Belimbing, dan Paus Biru. Papua sendiri terkenal dengan spesis unik australasia yang hanya bisa ditemukan disini saja, yaitu Burung Cenderawasih, dengan spesis terunik dan terindahnya ada di Pulau Yapen.

Ketika sampai di Pantai, anak-anak mulai kita buka cakrawala berpikirnya dengan pertanyaan-pertanyaan: “Why preserving the environment is a necessity for us?” (Kenapa menjaga lingkungan itu sesuatu yang perlu untu kita?” Jawaban dari mereka sederhana tapi tepat sasaran: “karena kitong tinggal disini to, seperti rumah, kitong harus jaga rumah tu supa selalu bersih”. Logika mereka kemudian kami perkaya dengan menunjukkan fakta-fakta kerusakan lingkungan, dan bagaimana itu berdampak ke perubahan iklim. 

Setelah itu, anak-anak kita tunjukkan, bagaimana orang-orang secara tidak bertanggung jawab telah membuang sampah plastik di sekitar pantai yang Indah tersebut. Setelah kami memberitahukan perbedaan sampah organik dan anorganik, Mereka mulai tergerak, dan akhirnya kami mendorong mereka untuk mulai membersihkan pantai tersebut dengan mengangkat, lalu memisahkan sampah antar yang organi dan anorganik.

Proses pembersihan tersebut kemudian diikuti dengan kampanye untuk menjaga lingkungan hidup, yang dilakukan secara langsung maupun pembuatan foto dan video yang akan mereka sampaikan melalui sosial media. Tautan video kampanye mereka akan disampaikan dalam page yang berbeda.

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun