Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola, Tragedi, dan Darah

3 Oktober 2022   13:18 Diperbarui: 3 Oktober 2022   13:22 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tragedi Kanjuruhan, (1/9/2022). | Diolah dari Kompas/ Suci Rahayu

Darah para suporter Tanah Air kembali mengucur di atas lapangan hijau dalam salah satu tragedi terburuk sepanjang sejarah sepak bola dunia. Tak tanggung-tanggung, tercatat ada 174 orang yang meninggal akibat insiden berdarah itu.

Tragedi berdarah yang terjadi usai laga Arema FC versus Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, ini makin menambah panjang daftar korban jiwa yang harus melayang sia-sia atas nama sepak bola.

Kerusuhan bermula dari bentrok antara Aremania dengan aparat kepolisian yang berusaha meredam suporter yang masuk ke lapangan. Pendukung tim tuan rumah marah karena timnya kalah dengan skor akhir 2-3 dari Persebaya pada laga pekan ke-11 BRI Liga 1 musim 2022/2023.

Kericuhan terus berlanjut dengan aksi lempar-lemparan antara para suporter dengan aparat keamanan. Petugas lalu membalas tindakan suporter dengan tembakan gas air mata ke arah tribun.

Situasi itu membuat para suporter kian panik sehingga mereka berusaha untuk menyelamatkan diri. Lantaran saling berdesakan dan diperburuk dengan efek gas air mata, beberapa suporter terinjak-injak. Korban jiwa pun berjatuhan.

Tragedi Kanjuruhan merupakan insiden berdarah paling mematikan sepanjang sejarah sepak bola dunia, setelah tragedi di Stadion Nasional, Lima, Peru, pada 24 Mei 1964 silam. Tercatat ada 328 orang yang meninggal dalam tragedi tersebut.

Insiden mengerikan ini ialah kehilangan besar sekaligus tamparan yang telak bagi masyarakat sepak bola Tanah Air, apalagi bukan kali ini saja kericuhan dalam sepak bola, merenggut nyawa manusia.

Menurut catatan Save Our Soccer (SOS), ada 78 kasus kematian suporter mulai 1994 hingga 2022. Nahasnya, angka itu tak termasuk korban jiwa dalam Tragedi Kanjuruhan yang baru saja terjadi. Kalau dijumlahkan, maka ada total 252 korban meninggal dunia.

Selain angka itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim mencatat, terdapat 300 orang lebih yang dirawat di sejumlah rumah sakit. Masifnya korban tewas disinyalir karena terinjak suporter lain. Adapun yang lain mengalami sesak napas akibat tembakan gas air mata yang dilepaskan oleh aparat keamanan.

Evaluasi Total

Kericuhan, bentrokan, serta kekerasan seolah-olah sangat sulit dijauhkan dari lapangan hijau. Dari musim ke musim, selalu ada "noda darah" yang merusak sakralitas olahraga terbesar sejagat itu.

Tragedi Kanjuruhan ini menjadi puncak dari segala karut-marut sepak bola di negeri ini. Masih banyak permasalahan yang belum bisa diselesaikan oleh para pemangku kebijakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun