Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Mengapa Presiden RI Selalu Berdarah Jawa?

26 September 2022   12:03 Diperbarui: 2 Oktober 2022   02:00 3109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari tujuh tokoh yang pernah memimpin Republik Indonesia, hanya satu presiden yang terlahir di luar wilayah Jawa. Dialah B.J. Habibie yang dilahirkan di Parepare, Sulawesi Selatan. Enam presiden sisanya terlahir di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sebut saja Soekarno yang dilahirkan di Blitar, Soeharto yang terlahir di Bantul, lalu Abdurrahman Wahid yang lahir di Jombang, dan Megawati Soekarnoputri dilahirkan di Yogyakarta. Adapun Susilo Bambang Yudhoyono terlahir di Pacitan serta Joko Widodo terlahir di Surakarta.

Meskipun terlahir di luar Jawa, sejatinya presiden ketiga, Habibie, mewarisi etnis Jawa dari ibunya, Raden Ayu Tuti Marini Puspowardojo, yang adalah wanita Jawa tulen kelahiran Yogyakarta. Maka dapat dikonklusikan, secara genetik, di dalam pembuluh nadi seluruh penguasa NKRI, mengalir darah pewaris etnis Jawa.

Bisa jadi hal itulah yang menjadi dasar sebuah pertanyaan retoris-etnosentris, haruskah menjadi orang Jawa terlebih dahulu agar bisa memimpin Indonesia?

Pemahaman semacam itu juga lah yang acapkali menghantui batin tokoh-tokoh politik di negeri ini, salah satunya Luhut Binsar Pandjaitan. Dia bahkan mewanti-wanti masyarakat dari luar Jawa supaya sadar diri jika ingin maju sebagai calon presiden dalam waktu dekat.

"Kalau Anda bukan orang Jawa dan pemilihan langsung (dilakukan) hari ini, saya enggak tahu 25 tahun lagi, udah lupain deh. Enggak usah kita memaksakan diri kita, sakit hati," ungkap Luhut, Rabu (21/9/2022).

Oleh sebab itu, menurutnya, dia adalah tokoh yang hampir tidak mungkin jadi presiden RI. Pria yang menjabat sebagai Menko Marves RI itu hanya bisa legawa serta memilih untuk menahan diri dari keriuhan bursa pencalonan presiden.

Selain Luhut, tokoh politik lain seperti Jusuf Kalla sebelumnya juga memiliki keresahan senada. Kegagalan dirinya dalam memenangi pilpres tahun 2009 sebagai presiden, menjadi akibat dari kentalnya kultur politik Jawa-sentris.

Setidaknya ada empat poin yang dapat menjawab pertanyaan mengapa kursi presiden RI selalu diduduki oleh tokoh-tokoh politik berdarah Jawa.

1. Kultur Partai

Sejak zaman Kerajaan Majapahit, pulau Jawa tercatat selalu menjadi episentrum pemerintahan yang melahirkan banyak tokoh politik beretnis Jawa. Mereka juga lah yang mendominasi kursi kekuasaan dan peta perpolitikan di Nusantara.

Dalam kultur feodal, suksesi kekuasaan akan langsung diwariskan kepada garis genetiknya. Praktis, sosok yang berhak menguasai posisi-posisi strategis ialah mereka yang berada di dalam lingkaran status quo kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun